“Jelas bahwa penangkapan tersebut merupakan serangan terhadap TON (platform berbasis blockchain yang awalnya dikembangkan oleh para kreator Telegram) yang telah diinvestasikan oleh perusahaan-perusahaan besar Rusia. Itu, sebagian, merupakan kelanjutan dari kebijakan sanksi AS terhadap Rusia," katanya.
Sementara Wakil Ketua Duma Negara Rusia Vladislav Davankov meminta agar pemerintah Rusia segera meminta Durov dipulangkan ke Rusia.
Davankov menyebutkan bahwa Durov tidak saja memberikan sumbangan pengembangan layanan digital kepada Rusia, akan tetapi juga kepada dunia.
Layanan Telegram saat ini sangat kondang di dunia, digunakan sebagai media sosial bersama dengan platform-platform digital lainnya seperti whatsapp dan X.
"Kita harus mengeluarkannya dari sana. Saya telah mendesak Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov untuk memohon kepada pihak berwenang Prancis agar membebaskan Pavel Durov dari tahanan," tulis politisi itu di Telegram.
"Penangkapannya dapat dimotivasi secara politik dan digunakan untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi pengguna Telegram. Kita tidak dapat membiarkan ini."
Jika Paris menolak membebaskan Durov, "segala cara harus dilakukan untuk memindahkannya ke UEA atau Rusia - jika dia setuju, tentu saja," kata politisi itu.
Ia menepis tuduhan terhadap Durov, dengan mengatakan bahwa aktivitas terlarang dapat ditemukan di semua platform pengiriman pesan.
"Tetapi tidak seorang pun menangkap atau memenjarakan pemiliknya. Dan itu seharusnya tidak terjadi kali ini."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan pada hari Minggu bahwa Kedutaan Besar Rusia di Paris sedang berupaya menanggapi situasi dengan Durov. (Russia Today/Sanbad)