TRIBUNNEWS.COM – Warga di Israel utara mengamuk dan mengungkapkan kemarahannya kepada pemerintah.
Mereka merasa serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke Lebanon akhir pekan lalu “tidak mencukupi”. Di samping itu, mereka mengaku “ditelantarkan”.
Adapun serangan itu adalah balasan Israel atas serangan besar kelompok Hizbullah di Lebanon.
Hizbullah menyerang Israel pada hari Minggu, (25/8/2024), pukul 05.00 waktu setempat. Ribuan roket dan pesawat nirawak dikerahkan dalam serangan itu.
Beberapa kepala daerah di Israel utara sudah bertemu dengan Menteri Pendidikan Yoav Kisch dan Kepala Komando Front Dalam Negeri pada hari Senin, (26/8/2024).
Seharusnya saat ini tahun baru ajaran sekolah di Israel dimulai. Kini kepala daerah di sana harus segera memutuskan apakah akan kembali membuka sekolah.
Ketua Dewan Regional Mateh Asher, Moshe Davidovitch, mengungkapkan kemarahannya kepada Menteri Pendidikan Kisch.
Davidovitch mengklaim tidak akan membuka sekolah hingga militer Israel bisa memastikan keamanan warga Israel utara.
“Saya sudah muak dengan pertunjukan itu. Kita tidak akan memulai tahun ajaran sekolah di tempat yang tidak terlindungi. Penduduk akan menderita [karena keputusan ini], tetapi kemudian mereka akan berterima kasih karena tidak ada yang terluka. Kemarin kalian [pemerintahan Benjamin Netanyahu] menunjukkan kepada kami betapa kalian menganggap rendah kami,” ujar Davidovitch dikutip dari The Cradle.
Dia mengatakan pemerintah Israel tak akan pernah dimaafkan atas hal itu.
“Fakta bahwa kalian meninggalkan kami dan membakar kami hidup-hidup akan tercatat. Kalian menelantarkan kami dan melemparkan kami kepada anjing.”
Baca juga: Serangan IDF ke Lebanon Gagal Ubah Situasi, Warga Israel Marahi Pemerintah: Kami Warga Kelas Kedua
Davidovitch mengklaim dia tak akan berkomunikasi lagi dengan pemerintah Israel.
Sementara itu, perwakilan Kementerian Pendidikan berujar kepada para kepala daerah bahwa warga mereka akan mendapat bantuan berdasarkan kebutuhan tiap individu.
Sebagian besar pemukiman di Israel utara sudah dievakusi setelah Hizbullah mulai menyerang Israel tanggal 8 Oktober 2023.