Pembatasan baru ini merupakan langkah terbaru dari serangkaian tindakan yang dicabut oleh Taliban sejak mereka kembali berkuasa pada tahun 2021.
Perempuan dan anak perempuan dilarang bersekolah di sekolah menengah, dilarang bekerja di sebagian besar jenis pekerjaan, dan dilarang menggunakan taman umum dan pusat kebugaran.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyerukan pencabutan undang-undang baru tersebut, dan menggambarkannya sebagai "sangat tidak dapat ditoleransi."
Larang MMA
Pemerintah Taliban resmi melarang seni bela diri campuran atau mixed martial arts (MMA) di Afghanistan karena mengandung kekerasan yang terlalu tajam dan melanggar hukum Islam.
Pemerintah Taliban menerbitkan larangan beladiri MMA pada minggu ini demi penyebaran kebajikan dan pencegahan kejahatan. Menurut Pemerintah Taliban, MMA "menimbulkan risiko kematian."
"Permainan pertarungan bebas dilarang mulai sekarang dan tidak seorang pun diizinkan untuk mempraktikkannya," kata juru bicara departemen olahraga Taliban, Atal Mashwani, kepada The Telegraph, Kamis, 29 Agustus 2024.
"Para atlet yang terlibat dalam olahraga tersebut dapat pindah ke olahraga lain pilihan mereka dan melanjutkan aktivitas mereka," katanya.
Mashwani mengatakan, keputusan melarang MMA di Afganistan setelah Taliban melakukan penyelidikan atas kepatuhan olahraga tersebut terhadap hukum Islam.
"Setelah penyelidikan, diputuskan bahwa olahraga tersebut harus dilarang," ungkapnya.
Juru bicara tersebut mencatat bahwa otoritas olahraga Afghanistan tidak memiliki statistik tentang jumlah atlet yang terlibat dalam MMA, karena para atlet tersebut “merupakan bagian dari organisasi swasta dan tidak terdaftar di departemen olahraga.”
Federasi Bela Diri Campuran Afghanistan, yang didirikan pada tahun 2008, telah menjadi populer di kalangan anak muda. Pada tahun 2015, turnamen MMA swasta pertama diadakan di Afghanistan.
Kejuaraan Bertarung Afghanistan (AFC) dan Kejuaraan Bertarung Sejati (TGFC) menyelenggarakan puluhan pertarungan sebelum Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021.
Namun, kompetisi tersebut segera dilarang setelah undang-undang yang melarang “pukulan wajah” diperkenalkan.
Menurut laporan media, sebagian besar petarung MMA Afghanistan telah meninggalkan negara itu jauh sebelum pengumuman terbaru.