Data dari Armed Conflict Location dan Event Data Project (ACLED) menunjukkan, kira-kira ada 113 aksi unjuk rasa di seluruh Israel per bulan sejak perang Gaza meletus tahun lalu.
"Ada kelompok pengunjuk rasa yang meminta gencatan senjata seawal bulan November dan Desember [tahun lalu], dan saya pikir jumlahnya meningkat secara stabil," kata Lenkinski.
Menurut dia, jumlah pengunjuk rasa telah meningkat drastis dalam sepekan terakhir. Kata dia, makin banyak warga Israel yang merasa bahwa gencatan senjata adalah satu-satunya cara memulangkan sandera.
"Anda melihat peningkatan jumlah warga Israel yang ingin mengakhiri perang ini, entah mereka di jalan atau tidak."
Media-media Israel melaporkan adanya bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di beberapa area. Beberapa demonstran ditangkap.
Channel 12 menyebut aksi protes di Israel belakangan ini sebagai yang terbesar sejak perang meletus pada bulan Oktober 2023.
Baca juga: Di Tengah Vaksinasi Polio di Gaza, Israel Lakukan Serangan Membabi Buta, 61 Orang Tewas dalam 48 Jam
"Mungkin yang terbesar dalam dua tahun belakangan," kata Channel 12.
Para pengunjuk rasa turut menggelar demonstrasi di depan gedung Kementerian Keamanan Israel.
Di Tel Aviv, pengunjuk rasa menghalangi arus lalu lintas di Jalan Raya Ayalon dan membakar ban di Jalan Begin.
Sementara itu, aksi unjuk rasa di Kota Haifa diserbu oleh aparat kepolisian. Dilaporkan beberapa demonstran yang terluka.
Di sisi lain, Hamas kembali merilis video yang ditujukan kepada Netanyahu.
"Pesan video selanjutnya, apakah pembebasan sandera melalui kesepakatan? Atau kematian karena pengeboman Israel?" kata Hamas.
Video itu memperlihatkan sandera yang tewas di Gaza.
(Tribunnews/Febri)