TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Hamas telah menyatakan siap untuk melaksanakan gencatan senjata segera dengan Israel, Rabu (11/9/2024).
Hal tersebut diungkapkan oleh negosiator Hamas dengan menyebut pihaknya siap untuk melaksanakan gencatan senjata berdasarkan proposal Amerika Serikat (AS) sebelumnya tanpa persyaratan baru dari pihak mana pun.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan telah bertemu dengan para mediator pada hari Rabu, termasuk Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel di Doha untuk membahas perkembangan terbaru di Gaza.
Pembicaraan sejauh ini gagal mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 11 bulan.
Dikutip dari Reuters, masalah yang saat ini masih selalu menjadi sorotan adalah kontrol Koridor Philadelphia.
Direktur CIA, William Burns mengatakan pada hari Sabtu, bahwa proposal gencatan senjata yang lebih rinci akan dibuat dalam beberapa hari ke depan.
Usulan sebelumnya yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden pada bulan Juni menetapkan gencatan senjata tiga fase sebagai imbalan atas pembebasan sandera Israel.
Yoav Gallant Bongkar Isi Surat Komandan Hamas
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant membongkar sebuah surat yang menurutnya ditulis oleh mantan Komandan Brigade Khan Younis Hamas, Rafa'a Salameh.
Surat tersebut ditujukan kepada pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dan saudaranya, Muhammad Sinwar.
Gallant mengungkap isi surat tersebut menyatakan bahwa Salameh menggambarkan "situasi sulit" yang dialami oleh Hamas.
Baca juga: Puluhan Roket Al-Qassam Hujani Pangkalan Militer Israel di Galilea, Hamas Ditekan Setujui Proposal
Perlu diketahui, Salameh tewas dalam serangan udara Israel di Gaza selatan pada bulan Juli yang juga menewaskan komandan senior Hamas, Muhammad Deif.
"Mohon pertimbangkan hal berikut: Kami mempertahankan persenjataan dan peralatan yang tersisa, karena kami telah kehilangan 90-95 persen kemampuan roket kami; dan kami telah kehilangan sekitar 60 persen persenjataan pribadi kami; kami telah kehilangan sedikitnya 65-70 persen peluncur anti-tank dan roket kami," tulis Salameh dalam surat yang diungkapkan Gallant, dikutip dari Times of Israel.
"Kita telah kehilangan setidaknya 50 persen pejuang kita, baik yang gugur maupun yang terluka, dan kini tinggal 25 persen."
"Sebanyak 25 persen rakyat kita yang tersisa telah mencapai situasi di mana rakyat tidak lagi menoleransi mereka, hancur secara mental maupun fisik," lanjut Gallant membacakan surat tersebut.