News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Brigade Al-Shuhada: Anggota Poros Perlawanan Siap Serang Israel, Tahap Keempat Operasi Sudah Dekat

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rudal-rudal Fateh milik Iran. Poros Perlawanan disebut sudah siap menyerang Iran.

TRIBUNNEWS.COM - Brigade Sayyed Al-Shuhada di Pasukan Mobilisasi Populer Irak mengklaim beberapa anggota Poros Perlawanan sudah siap menyerang Israel.

Poros Perlawanan adalah koalisi informal di Timur Tengah yang dipimpin oleh Iran. Anggota poros itu di antaranya Hizbullah, Hamas, Houthi, dan berbagai milisi di Irak dan Suriah.

Dalam waktu dekat Poros Perlawanan disebut akan memulai tahap keempat operasi serangan melawan Israel.

Sekjen Brigade Shuhada, Abu Alaa al-Walae mengatakan Amerika Serikat (AS) sudah mengakui bahwa Israel akan tumbang jika tidak dibantu oleh Negara Adidaya itu.

"Ketika Amerika campur tangan secara langsung, kita juga campur tangan secara langsung. Operasi militer dimulai dalam beberapa tahap, dan tahap pertama adalah mengebom pangkalan AS. Serangan itu efektif dan kami berhasil melumpuhkan beberapa pangkalan," kata al-Walae dikutip dari Press TV.

"Kemampuan Poros Perlawanan di luar perkiraan musuh."

Adapun tahap kedua operasi militer adalah mengebom wilayah Israel, sedangkan tahap ketiga adalah bergabung dengan Yaman dalam operasi gabungan.

Al-Walae mengatakan Poros Perlawanan kini bergerak menuju tahap keempat.

"Yang meliputi koordinasi aksi di banyak front dan melakukan operasi gabungan di lebih dari satu area."

"Akan ada tahap baru dengan koordinasi di antara beberapa front untuk menjalankan operasi. Dalam beberapa hari ke depan, kita akan menyaksikan operasi militer gabungan," katanya.

Menurut Al-Walae, Irak punya hubungan historis dengan Palestina.

Baca juga: Dukungan Barat kepada Israel Justru Jadi Bumerang, Pakar: Poros Perlawanan Makin Tangguh dan Solid

"Di Jenin, pejuang Irak menghadapi pertempuran bersejarah, dan jika bukan karena perintah mundur, tentara Irak sudah membunuh 1.000 tentara Israel," ucapnya.

Dia juga mengungkapkan dukungannya kepada Yaman.

"Dengan bangga saya menjadi yang pertama mengumumkan dukungan saya kepada Yaman dari Irak saat awal agresi terhadap Yaman. Saya menjadi sukarelawan tentara di bawah kepemimpinan Saudrara Sayyed Abdel-Malik al-Houthi (pemimipin kelompok Houthi di Yaman)."

Di samping itu, dia memuji keteguhan rakyat Gaza dalam menghadapi serangan Israel.

"7 Oktober adalah lembaran baru dalam pertempuran itu, dan pencapaian besar telah dibuat. Dunia sebelum Operasi Banji Al-Aqsa tidak sama dengan dunia setelahnya, segalanya telah berubah," katanya.

Dia mengklaim tujuan Banjir Al-Aqsa akan tercapai.

"Kami memuji ketangguhan di Gaza, dan kabar yang kami dengar dari ruang operasi gabungan mengonfirmasi bahwa moral para pejuang tinggi."

Kemudian, dia menyindir AS yang menurutnya adalah pembohong dan penipu.

"Dalam pernyataan mereka tentang penarikan, mereka ingin menyingkirkan dan persatuan di lapangan."

"Dukungan operasi kami untuk melawan Zionis tak akan berhenti meski ada jarak. Mengenai AS, kami meyakini mereka adalah pembohong dan menduduki langit Irak, dan banyak operasi yang dihalangi oleh sistem pertahanan Amerika."

Kapal induk AS pergi dari Timur Tengah, Peluang bagi Poros Perlawanan?

Baca juga: Takut Diserang Iran, Israel Salahkan AS: Proksi Teheran Masih Jadi Ancaman Besar bagi Kami

Sementara itu, AS dilaporkan memulangkan kapal induk USS Theodore Roosevelt dari Timur Tengah.

Dalam beberapa minggu terakhir AS memang mengerahkan dua kapal induknya di kawasan yang tengah bergejolak itu.

Dikutip dari Associated Press, AS meningkatkan jumlah pasukannnya di Timur Tengah untuk membantu Israel seandainya negara itu diserang oleh Iran dan sekutunya.

Para komandan AS sudah lama meyakini keberadaan satuan tempur kapal induk terbukti efektif sebagai sarana pencegahan di Timur Tengah, terutama pencegahan terhadap serangan Iran.

Pejabat AS mengatakan Roosevelt dan kapal perusak USS Daniel Inouye diperkirakan akan berada di Indo-Pasifik hari Kamis ini.

Theodore Roosevelt (CVN 71), kapal induk bertenaga nuklir AS (Twitter)

Adapun USS Abraham Lincoln saat ini masih berada di Timur Tengah, tepatnya di Teluk Oman bersama dengan beberapa kapal perang lainnya.

Pulangnya satu kapal induk AS bisa menjadi kesempatan Iran untuk melancarkan serangan besar ke Israel.

Iran hingga kini belum menyerang Israel meski sudah bersumpah akan melakukannya.

Serangan Iran itu akan menjadi balasan atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel akhir Juli lalu.

Seorang anggota Dewan Nasional Palestina bernama Osama Al-Ali buka suara mengenai serangan Iran yang tak kunjung dilakukan. Al-Ali mengatakan Iran menunggu momen tepat untuk menyerang.

“Menunda (seranga) balasan itu sepenuhnya persoalan taktikal,” kata Al-Ali saat diwawancarai Al Hadath, dikutip dari Maariv.

Baca juga: Jenderal AS Tentang Nuklir Iran, Ancaman Bahaya Produksi Rudal Tanpa Sepengetahuan Khamenei

Dia mengatakan semua opsi atau pilihan perihal serangan balasan itu bisa dirundingkan.

“Respons yang tepat ialah tidak merespons atau berbicara, tetapi tetap bungkam. Diamlah dan tunggu momen tepat ketika lingkaran perlindungan yang dibuat oleh Amerika Serikat (AS) di sekeliling Israel hancur. Mereka (Israel dan AS) melakukan upaya pertahanan yang hebat,” kata Ali menjelaskan.

Ali menyebut Iran menunggu situasi normal dulu. Setelah itu, Iran akan melancarkan serangan tiba-tiba seperti yang dilakukan Israel ke Mesir dalam Perang Enam Hari tahun 1967.

“Inilah bagaimana perang dijalankan. Mereka (Israel) mengebom semua pesawat Abdel Nasser,” ujar Ali.

Menurut Ali, serangan itu mengejutkan atau terjadi secara tiba-tiba.

Seperti Ali, media Iran International juga menyebut Iran mungkin merasa dihalangi oleh AS yang memamerkan kekuatannya di Timur Tengah.

“Iran memahami dengan jelas bahwa AS teguh dalam mempertahankan kepentingan kita, rekan kita, dan rakyat kita. Kita memindahkan banyak aset militer ke kawasan itu untuk menegaskan sikap itu,” kata seorang pejabat senior AS kepada wartawan The Washington Post.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini