TRIBUNNEWS.COM – Senator kondang Amerika Serikat (AS), Bernie Sanders melontarkan kecaman bagi pemerintah pusat untuk segera menghentikan pendanaan perang bagi Israel.
Desakan itu dilontarkan Sanders pasca negaranya telah habis-habisan mendanai Israel untuk bombardir Gaza.
"Sudah cukup. Tidak ada lagi uang untuk mesin perang Netanyahu," ujar Sanders di X, sebagaimana dikutip dari Anadolu.
Tak tanggung-tanggung untuk menghentikan dukungan kepada Israel, pada Januari 2024 lalu Sanders meminta kongres untuk memblokir bantuan militer senilai miliaran dolar untuk IDF.
Menurutnya pendanaan untuk Israel harus segera dihentikan lantaran AS bukanlah mesin perang yang dapat dimanfaatkan Netanyahu.
Senator asal Vermont ini menjadi sosok paling vokal mengutuk serangan-serangan Israel di Gaza.
Terutama serangan terhadap sekolah dan fasilitas kemanusiaan yang seharusnya menjadi lokasi aman bagi warga sipil, termasuk anak-anak dan petugas bantuan.
Sanders juga menekankan, kekerasan yang terus berlanjut di Gaza dan Tepi Barat sudah mencapai titik yang tidak bisa diterima lagi.
Alasan tersebut yang mendorong Sanders agar mendesak pemerintahan Biden untuk tidak memberikan dukungan uang tunai maupun senjata kepada Israel selama perang berlangsung di Jalur Gaza.
"Minggu ini, 19 orang tewas dan puluhan lainnya cedera dalam serangan di 'zona kemanusiaan' di Gaza. Seorang warga Amerika ditembak di kepala di Tepi Barat. Sekarang, sekolah lain di bom, menewaskan 14 orang, termasuk 6 pekerja bantuan PBB,” kata Sanders
“Harus ada pertanggungjawaban penuh. AS harus berbuat lebih banyak termasuk memblokir bantuan militer untuk memastikan bahwa insiden seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi," tambah Sanders.
Baca juga: Sebut Netanyahu sebagai Mesin Perang, Senator AS Desak Pemerintah Hentikan Bantuan Uang untuk Israel
AS Setop Kirim 3.500 Bom Ke Israel
Sebelumnya Pemerintah Joe Biden sempat berhenti mengirimkan 3.500 bom ke Israel, usai pasukan Netanyahu diisukan memakai bom AS untuk menginvasi Rafah.
Penangguhan diberlakukan, tepat setelah Gedung Putih mengeluarkan kecaman agar Netanyahu membatalkan rencana invasi ke Rafah, wilayah tersebut menjadi tempat tinggal 1,2 juta pengungsi Gaza.
Namun kecaman tersebut tak dihiraukan Israel, negara Zionis itu terus melanjutkan gempurannya ke kota Rafah setelah Pasukan Pertahanan Israel memerintahkan sekitar 100.000 warga Palestina untuk meninggalkan kota tersebut menuju Al Mawasi yang berada di tepi pantai Gaza.
Tak lama dari itu perbatasan Rafah ditutup dan tank-tank Israel mulai memasuki wilayah selatan Palestina.
Menurut seorang pejabat keamanan Palestina yang tidak disebutkan namanya, tank-tank Israel telah mencapai jarak 200 meter dari terminal Penyeberangan Rafah, yang berada tepat di perbatasan Mesir.
“Kami telah menghentikan pengiriman bom ke Israel karena kekhawatiran bahwa negara zionis itu akan mengambil keputusan untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Rafah di Gaza selatan,” kata seorang pejabat senior AS.
Adapun penghentian pengiriman senjata ke Israel ini jadi kali pertama yang dilakukan AS.
Mengingat selama puluhan tahun Amerika Serikat telah menjadi penyokong utama pendanaan militer Israel dalam setiap perang melawan musuh-musuhnya.
Tercatat setiap tahunnya negeri Paman Sam ini setidaknya menyumbangkan bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp 60,27 triliun.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)