Brigade Al-Quds Akui Lima Petempurnya Tewas Saat Siapkan Penyergapan Pasukan Israel
TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak lima petempur dari milisi Perlawanan Palestina gerakan Palestine Islamic Jihad (PIJ) dilaporkan tewas dalam serangan udara jet tempur Israel.
Kelimanya tewas saat mempersiapkan penyergapan dan bahan peledak untuk pasukan Israel di tengah agresi militer Israel (IDF) yang sedang berlangsung di Tubas, Tepi Barat.
Baca juga: Pakar Militer: Israel Kepedean Habisi Hamas Setahun Lagi, Qassam Olah Ulang 9 Ton Bom Tak Meledak
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di saluran Telegramnya pada Jumat (13/9/2024), Brigade Al-Quds, sayap militer PIJ, mengonfirmasi kematian para petempurnya.
"Para martir dari unit teknik dan manufaktur Brigade Al-Quds tersebut adalah Muhammad Hussein Said Sawafteh, Majd Burhan Jamil Sawafteh, Yassin Ahmed Ali Sawafteh, Qais Saeb Sawafteh, dan Mujahid Tawalbeh Mahmoud Bisharat," bunyi pernyataan Brigade Al-Quds.
"Kelompok tersebut menegaskan kembali komitmennya terhadap jalan jihad dan perlawanan 'hingga pembebasan dan pengembalian" – sesuai pernyataan tersebut," tulis laporan RNTV.
IDF Klaim Hancurkan 4 Batalion Al Qassam di Rafah
Dalam perkembangan agresi militer di Jalur Gaza, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim berhasil mengalahkan Brigade Rafah milik Hamas.
Menurut IDF, sudah ada terowongan dengan panjang lebih dari 13 kilometer yang dihancurkan pihaknya.
Kini IDF masih berada di Kota Rafah dan mengontrol area perbatasan Gaza-Mesir yang dikenal sebagai Koridor Philadelphia.
Satuan zeni Israel disebut tengah merampungkan penyelidikan beberapa puluh terowongan Hamas yang belum dihancurkan. Operasi penghancuran diperkirakan memakan waktu tak lebih dari seminggu.
Belum diketahui apa yang bakal dilakukan IDF setelah menghancurkan terowongan di Rafah.
Brigjen Itzin Cohen yang ditugasi menangani operasi di Rafah mengklaim ada empat batalion Hamas yang dikalahkan.
"Empat batalion mereka telah dihancurkan, dan kita sudah merampungkan kontrol operasi atas seluruh area perkotaan," ucap Cohen dikutip dari The Times of Israel.
Cohen menyebut bawahannya sudah menemukan 203 terowongan yang saling terkait di Koridor Philadelphia.
Terowongan itu membentang di sepanjang perbatasan Mesir hingga 300 meter di pinggiran Kota Rafah.
"Sebagian besar terowongan telah dihancurkan," kata Cohen.
"Kami kini melakukan operasi di tempat lain untuk menyelidiki terowongan, dan ketika kami sudah selesai menyelidiki, terowongan akan dihancurkan."
Baca juga: IDF Buat Cerita soal 6 Sandera Israel yang Ditemukan Tewas, Rilis Video Terowongan Rafah
Dari ratusan terowongan itu, Cohen menyebut IDF sejauh ini sudah menemukan sembilan terowongan yang menembus ke wilayah Mesir.
Akan tetapi, kesembilannya telah diblokir sebelum pasukan Israel tiba di sana.
"Ada total sembilan terowongan yang menembus hingga wilayah Mesir, tetapi terowong-terowongan itu telah runtuh, tak bisa digunakan, tak aktif."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras mempertahankan keberadaan pasukan Israel di Koridor Philadelphia.
Menurut Netanyahu, pasukan Israel di sana akan mencegah Hamas mendapatkan senjata.
Keunikan Terowongan di Rafah
The Times of Israel menyebut jaringan terowongan Hamas di Rafah memiliki keunikan dibandingkan dengan terowongan lain di Gaza.
IDF menyebut jaringan terowongan Rafah sebagai "induk terowongan". Ada tiga tingkat pada terowongan itu dan semuanya saling terhubung.
Di Gaza utara, IDF mengaku menemukan terowongan terpisah yang digunakan oleh panglima senior Hamas. Terowongan itu tidak terhubung dengan pejabat rendah Hamas.
Sementara itu, kata Israel, setiap terowongan di Rafah terhubung dengan lainnya. Bahkan, beberapa pejabat militer Israel menyebut jaringan terowongan Rafah sebagai kota bahwa tanah yang lebih besar daripada kota di atasnya.
Israel menduga kompleks terowongan besar di area Yabna digunakan oleh panglima Brigade Rafah bernama Muhammad Shabana. Terowongan itu berada sekitar 40 meter di bawah permukaan tanah.
Adapun pada Selasa (10/9/2024), Israel mengklaim telah membunuh Mahmodud Hamdan, panglima Batalion Tel al-Sultan Hamas di Rafah.
Israel menduga Hamdan memainkan peran penting dalam rencana serangan Hamas ke Israel tanggal 7 Oktober 2023.
Sebelumnya, Israel sudah berulang kali mengaku menargetkan empat batalion di dalam Brigade Rafah. Tiga di antaranya adalah Khalid ibn al-Walid di Rafah selatan dan timur, al-Shaboura di Rafah utara, dan Tel al-Sultan di Barat.
Israel Akui Terowongan Hamas Rumit
Israel mengakui bahwa terowongan yang dibangun Hamas di Jalur Gaza sangat rumit.
Media televisi Israel bernama Channel 12 bahkan menyamakan terowongan Hamas itu dengan jaring laba-laba.
Para pejuang Hamas disebut bisa dengan tiba-tiba menghilang di bawah tanah, tetapi kemudian muncul di suatu tempat untuk menyerang pasukan Israel yang sedang bermanuver.
Dalam laporan investigasinya, Channel 12 mengutip pernyataan para pejabat keamanan dan pertahanan Israel yang mengetahui jaringan terowongan Hamas.
Jaringan terowongan rumit itu disebut memungkinan Hamas melakukan “pertempuran defensif secara sistematis di bawah tanah”.
“Kami menyadari ini adalah dimensi yang sepenuhnya berbeda, yang di dalamnya pertempuran harus dilakukan, seperti dan zona udara, dunia maya, dan zona darat,” kata pejabat keamanan Israel dikutip dari Sputnik News.
“Terowongan itu seperti jaringan laba-laba: Jika anda memotong satu terowongan, terowongan alternatif secara otomatis akan muncul dan jaringan itu terus eksis.”
Baca juga: Terowongan Hamas di Gaza adalah Labirin, Mantan Sandera Akui Israel Tidak Tahu Apa pun
IDF juga belum mengetahui segala hal tentang terowongan besar Hamas meski perang di Gaza sudah berlangsung selama lebih dari 9 bulan.
“Bahkan kini kami belum mengetahui gambaran besarnya dan kami tidak memiliki pemahaman yang lengkap dan tentang seluruh jaringan terowongan, karena jika kami mengetahuinya, kami bisa melenyapkan keunggulan Hamas di area ini,” kata satu sumber.
Jaringan terowongan di Gaza juga disebut mirip dengan terowongan yang digali oleh pejuang Vietnam Selatan untuk melawan militer Amerika Serikat (AS) tahun 1960-an.
Saat ini strategi “berteknologi rendah” itu kembali digunakan di Gaza. Adapun militer Israel dilaporkan terpaksa beradaptasi dengan strategi itu.
Jaringan terowongan Hamas disebut berada di seluruh Gaza sehingga pejuang dan logistik bisa disalurkan secara rahasia dan tidak terdeteksi intelijen Israel.
Menurut laporan itu Hamas berhasil membangun fasilitas produksi senjata di bawah tanah.
Pejabat Israel memperkirakan terowongan biasa milik Hamas memerlukan biaya sekitar $275.000 per kilometer.