Israel Dikepung Poros Perlawanan, Drone Hizbullah Tembus 30 KM, Rudal Hipersonik Houthi Butuh 15 Menit
TRIBUNNEWS.COM - Upaya Israel selama 11 bulan memerangi Hamas di Jalur Gaza guna memadamkan api perlawanan terhadap negara pendudukan mereka justru jadi bumerang bagi keamanan mereka sendiri.
Negara pendudukan itu kini dikepung poros perlawanan, istilah untuk gabungan milisi perlawanan lintas-teritorial yang disebut Israel dibekingi Iran, mulai dari Hizbullah Lebanon, Perlawanan Irak dan Suriah, serta gerakan Ansarallah Houthi Yaman, selain para milisi Palestina yang ada di Gaza dan Tepi Barat.
Baca juga: Komite Perlawanan Palestina: Hizbullah-Houthi-Kataib Hizbullah Bersatu, Awal Habisnya Israel
Kepungan itu tampak jelas saat sebuah pesawat nirawak yang ditembakkan oleh Hizbullah dari Lebanon menembus lebih dari 30 kilometer (18,6 mil) ke wilayah udara Israel tanpa dicegat, menurut media Israel pada Minggu (15/9/2024).
Pesawat nirawak itu terbang setidaknya selama 10 menit di wilayah udara Israel sebelum meledak di Galilea Atas di Israel utara, Radio Angkatan Darat melaporkan.
Laporan tersebut tidak memberikan rincian tentang cedera atau kerusakan akibat tembakan pesawat nirawak tersebut.
Kelompok Lebanon Hizbullah, pada bagiannya, mengatakan kalau mereka menembakkan serangkaian pesawat nirawak ke markas Komando Brigade ke-90 Divisi Golan tentara Israel di barak Yarden.
Dikatakan bahwa pesawat nirawak tersebut mengenai sasarannya, menyebabkan beberapa tentara tewas dan terluka.
Tidak ada komentar dari tentara Israel mengenai klaim tersebut.
Media pemerintah Lebanon melaporkan pada Minggu pagi bahwa pesawat Israel menjatuhkan selebaran di kota al-Wazzani di Lebanon selatan, yang mendesak penduduk untuk mengungsi.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas perbatasan antara Hizbullah dan pasukan Israel saat Tel Aviv terus melanjutkan serangan terhadap Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang sejak Oktober lalu menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Rudal Houthi Hantam Tel Aviv
Kepungan serangan ke Israel juga datang dari Yaman.
Rudal balistik jarak jauh yang diduga jenis Hatem-2 ditembakkan dari Yaman dan mendarat di di Israel tengah pada Minggu pagi (15/9/2024).
Hal ini menandai fase baru dalam perang bayangan antara Israel dengan Iran beserta proksinya termasuk Kelompok Houthi Yaman.
Media Israel menyebut ini adalah serangan pertama rudal balistik Yaman berhasil menghantam Tel Aviv.
Serangan itu memicu sirene serangan udara, termasuk di bandara internasional Israel, tempat media Israel menayangkan rekaman orang-orang yang berlomba-lomba menuju tempat perlindungan.
Dalam serangan ini, sistem berlapis pertahanan udara Israel gagal mencegat rudal Yaman terutama karena rudal tersebut mampu mengubah arahnya secara tiba-tiba.
Saluran 12 Israel melaporkan Angkatan Laut AS juga gagal mencegat rudal di Laut Merah. "Kemungkinan besar ini adalah hipersonik."
Dalam sebuah laporan yang belum dapat diverifikasi, Rudal balistik tersebut dilaporkan menempuh jarak 2 ribu kilometer dalam waktu 15 menit, dan menghantam sekitar pukul 06.30 pagi waktu setempat.
Sebelumnya Houthi pernah merilis rudal balistik Hatem 2 yang diklaim berkecepatan hipersonik berbahan bakar padat.
Sejumlah pihak menilai Hathem 2 adalah varian dari rudal Khiebar Shaken Iran, yang telah dikenal selama beberapa tahun.
Jika benar yang ditembakkan adalah rudal hipersonik, ini merupakan pekerjaan rumah serius bagi Israel mengingat sistem pertahanan mereka yang berlapis-lapis gagal menjinakan rudal tersebut.
Militer Israel sendiri menyebut bahwa rudal tersebut mendarat di area terbuka setelah sirene diaktifkan dari Tel Aviv hingga Modi’in.
Militer juga mencatat bahwa mereka sedang menyelidiki upaya untuk mencegat rudal tersebut. Belakangan Israel membantah kalau jenis rudal yang ditembakkan tersebut adalah hipersonik.
Perlu dicatat bahwa laporan awal mengindikasikan bahwa rudal tersebut mungkin telah menargetkan fasilitas listrik di tenggara Tel Aviv.
Laporan menunjukkan bahwa upaya awal untuk mencegat rudal tersebut mungkin telah meleset dari sasarannya sebelum memasuki wilayah udara Israel, yang dapat menjadi penyebab jatuhnya pecahan peluru di dalam "Israel".
Koresponden militer dan politik Channel 14 Israel Hallel Bitton Rosen melaporkan bahwa sistem keamanan melacak rudal tersebut selama beberapa menit dan mengerahkan sistem rudal Arrow dalam upaya untuk mencegatnya.
Rosen mencatat, "Tidak jelas mengapa upaya pencegatan dilakukan di Israel bagian tengah dan bukan di dekat perbatasan; hasil dari upaya ini masih dalam penyelidikan."
Bersamaan dengan itu, media Israel telah merilis rekaman yang memperlihatkan rudal tersebut mendarat di wilayah Palestina yang diduduki setelah sistem anti-udara gagal mencegatnya.
Lebih lanjut, media Israel melaporkan bahwa rudal tersebut mendarat di area terbuka di sepanjang Rute 1, yang menghubungkan Tel Aviv dan al-Quds, dekat pemukiman Kfar Daniel.
Layanan ambulans Magen David Adom "Israel" melaporkan sembilan orang terluka saat mereka bergegas mencari tempat berlindung.
Dalam konteks terkait, media Israel mengonfirmasi bahwa 2.365.000 pemukim mengungsi ke tempat berlindung pagi ini akibat rudal tersebut.
Pada saat yang sama, pejabat Israel telah memperingatkan bahwa "situasi belum berakhir; Yaman telah menjanjikan kejutan lebih lanjut, bukan hanya satu."
Terpisah, Menteri Pertahanan Yaman dan Kepala Staf Umum di Sanaa mengeluarkan peringatan keras pada hari Sabtu kepada "musuh bangsa dan trio jahat Amerika, Inggris, dan Israel," yang menyatakan bahwa apa yang akan datang akan "lebih keras dan lebih parah daripada apa pun yang pernah mereka hadapi di masa lalu."
Dalam ucapan selamat atas peringatan hari lahir Nabi Muhammad (saw), Menteri Pertahanan Mayor Jenderal Mohammed Nasser Al-Atifi dan Mayor Jenderal Mohammed Al-Ghamari menekankan bahwa "musuh telah merasakan kekalahan di laut," dan apa yang terjadi di laut "tidak jauh berbeda dengan apa yang akan terjadi di darat."
Kedua jenderal tersebut berjanji untuk mengubah tanggapan Yaman terhadap kejahatan pendudukan Israel yang menargetkan pelabuhan Hodeidah menjadi mimpi buruk bagi musuh yang mengancam keamanan mereka.
Yaman juga menggambarkan pesan mereka sebagai peringatan bagi "Israel," dengan menyatakan, "hari-hari mendatang penuh kejutan yang tidak akan diharapkan [musuh]" dan "tidak akan pernah bisa dibayangkan".
(oln/anews/*)