Meskipun demikian, perubahan cuaca global dapat mempengaruhi pola angin dan curah hujan di seluruh dunia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ketika dihubungi mengatakan siklon tropis Yagi memberikan dampak terhadap cuaca di Indonesia meski “tidak signifikan”.
“Tidak memberikan dampak yang signifikan,” ujar deputi meteorologi BMKG, Guswanto, melalui pesan teks pada Rabu (11/09).
“Hanya gelombang laut di Natuna Utara sekitar 1,25 meter [pada 4-6 September].”
Dalam analisa BMKG, siklon tropis Yagi tumbuh pertama kali di sekitar Laut Filipina pada tanggal 1 September hingga kemudian punah pada tanggal 8 September di daratan Vietnam.
Siklon Tropis Yagi mencapai intensitas maksimal pada kategori 4 (86-107 knots atau 160 - 199 km/jam) pada saat melintasi Laut China Selatan.
"Kemudian intensitasnya semakin menurun seiring pergerakannya menuju daratan Vietnam," ujar prakirawan BMKG Dinda Tri Handayani pada Rabu (11/09).
Dinda menyebut siklon tropis Yagi dalam perjalanannya sempat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia termasuk hujan lebat disertai angin kencang di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau pada 4 September.
Selain itu, siklon tropis Yagi juga sempat berdampak ke gelombang setinggi 1,25 meter-2,5 meter atau moderat di perairan Kepulauan Talaud di utara Pulau Sulawesi pada 1 September dan Samudera Pasifik di utara Halmahera pada 1 hingga 3 September.