News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Bahan Peledak yang Ditanam Mossad ke Pager Hizbullah Sulit Dideteksi Perangkat Apapun

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas medis mengankut warga yang terluka diangkut ke ambulans pasca ledakan pager di Lebanon, Selasa, 17 September 2024.

Eskalasi terbaru di front Lebanon terjadi hampir sebulan setelah Hizbullah melancarkan serangan drone dan roket yang menargetkan markas intelijen militer tentara Israel di dekat Tel Aviv.

Hizbullah mengatakan, serangan itu merupakan pembalasan atas pembunuhan Israel terhadap komandan militer utama kelompok tersebut, Fouad Shukr, pada akhir Juli di Beirut.

Pembunuhan tersebut menempatkan Lebanon dan Israel di ambang perang habis-habisan, dan memicu peringatan akan terjadinya perang regional ketika Israel membunuh kepala politbiro Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, pada hari berikutnya.

Hizbullah memulai serangkaian serangan lintas batas terhadap pasukan Israel pada 8 Oktober tahun lalu, meluncurkan “front dukungan” untuk membantu perlawanan di Gaza.

Serangan-serangan tersebut telah meningkat dalam ukuran dan kualitas sepanjang tahun, mendorong sekitar 100.000 warga Israel untuk menjauh dari perbatasan utara ketika Israel mengintensifkan serangannya terhadap kota-kota di Lebanon selatan dan menargetkan para pemimpin dan anggota Hizbullah.

Meskipun AS berupaya untuk mengakhiri pertempuran di perbatasan Lebanon, terutama melalui utusannya Amos Hockstein, Hizbullah telah menegaskan kembali bahwa mereka hanya akan mengakhiri operasinya jika Israel mengakhiri perangnya di Gaza.

Seorang pejabat Hizbullah, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa ledakan tersebut merupakan “pelanggaran keamanan terbesar” yang dilakukan kelompok tersebut sejak konflik Gaza antara Israel dan sekutu Hizbullah, Hamas, meletus pada 7 Oktober.

“Ini akan menjadi kegagalan kontra-intelijen terbesar yang dialami Hizbullah dalam beberapa dekade,” kata Jonathan Panikoff, mantan wakil pejabat intelijen nasional AS untuk Timur Tengah.

Sumber: Reuters/Arab News

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini