Israel Tawarkan kepada Hamas untuk Akhiri Perang Gaza, Biarkan Sinwar Pergi, dengan Syarat Ini
TRIBUNNEWS.COM- Israel tawarkan akhiri perang, biarkan Sinwar pergi jika semua sandera dibebaskan sekaligus, Gaza dilucuti senjatanya.
Usulan yang dibahas di Washington baru-baru ini juga menetapkan rezim baru bagi Jalur Gaza.
Keluarga para sandera memuji rencana tersebut, namun pejabat Hamas dengan cepat menolaknya karena dianggap syaratnya 'konyol'
Israel telah mengajukan usulan yang akan mengakhiri pertempuran di Jalur Gaza dan memberikan pimpinan Hamas jalan keluar yang aman dari daerah kantong itu sebagai imbalan atas pembebasan segera semua sandera yang ditawan di Gaza.
Syarat lainnya adalah demiliterisasi Jalur Gaza dan pembentukan kekuatan pemerintahan alternatif di sana, demikian laporan berita Kan pada hari Kamis.
Seorang pejabat Israel mengonfirmasi garis besar laporan tersebut kepada The Times of Israel dan mengatakan Gal Hirsch, orang penting pemerintah dalam menangani para sandera, telah menyampaikan rencana tersebut kepada pejabat Amerika, yang diperkirakan akan meneruskannya kepada pejabat Arab yang tidak disebutkan namanya.
Hirsch mengatakan kepada keluarga sandera bahwa proposal tersebut telah diajukan minggu lalu dalam sebuah pertemuan dengan pejabat AS dari Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri, kata Kan.
Namun anggota politbiro Hamas, Ghazi Hamad, dengan cepat menolak tawaran tersebut.
Dia mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa "usulan keluarnya Sinwar adalah menggelikan dan mengindikasikan kebangkrutan negosiasi pendudukan."
"Hal ini menegaskan penyangkalan pendudukan atas apa yang terjadi selama delapan bulan negosiasi. Negosiasi terhenti karena sikap keras kepala Israel," kata Hamad.
Sepanjang perang dan negosiasi gencatan senjata, Hamas tampaknya bertekad untuk mempertahankan kendali atas Jalur Gaza.
Usulan kerangka kerja tersebut tampaknya menandai mundurnya janji Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk terus bertempur hingga Hamas dihancurkan dan Yahya Sinwar tewas.
Tetapi Israel akan tetap mematuhi tujuan resmi perang dengan memastikan pembubaran Hamas yang efektif dan pengembalian para tawanan.
Dan itu dapat meredakan tekanan domestik terhadap pemerintah yang berfokus pada seruan untuk menyelamatkan para sandera, serta tekanan internasional untuk menghentikan permusuhan.
Sehingga memungkinkan Israel memberikan perhatian lebih besar kepada untuk perang menghadapi Hizbullah, musuh Israel lainnya yang didukung Iran di utara.
Menurut Kan, seluruh 101 sandera yang masih ditawan di Jalur Gaza akan segera dipulangkan dan Israel akan mengakhiri perang berdasarkan usulan tersebut.
Israel juga akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina yang tidak disebutkan jumlahnya dari penjara Israel.
Selain itu, Israel mengaku akan mengizinkan Sinwar — yang secara luas diyakini sebagai dalang di balik serangan 7 Oktober — untuk meninggalkan Jalur Gaza bersama dengan warga Gaza lainnya yang ingin pergi bersamanya.
Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.
Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya yang dikutip oleh Kan menggambarkan rencana tersebut sebagai jalur sekunder.
Di samping pembicaraan utama yang dipimpin oleh kepala intelijen Israel David Barnea dan Ronen Bar melalui mediasi oleh AS, Mesir, dan Qatar.
Keluarga para sandera dengan cepat menyetujui usulan yang dilaporkan tersebut, dan meminta pemerintah untuk mendukungnya secara terbuka.
"Kesepakatan satu tahap yang mencakup seluruh 101 sandera merupakan keinginan semua warga negara Israel dan keluarga para sandera. Usulan tersebut memperkuat keamanan di Israel dan memungkinkan tercapainya penyelesaian regional yang komprehensif," kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang dalam sebuah pernyataan.
Meskipun tawaran itu secara terang-terangan mencakup penyingkiran Hamas dari kekuasaan di Gaza, kesepakatan apa pun yang memperlihatkan komitmen Israel untuk mengakhiri perang dan membiarkan Sinwar bebas kemungkinan akan menghadapi penolakan keras dari sekutu koalisi sayap kanan Netanyahu.
Pembicaraan yang ada sebagian besar berkisar pada usulan pembebasan sandera secara bertahap dan penarikan pasukan, tetapi telah terhambat oleh ketidaksepakatan mengenai keberadaan Israel di perbatasan Mesir-Gaza dan identitas tahanan Palestina yang akan dibebaskan.
Israel mengatakan sedang menunggu usulan baru AS untuk menjembatani perbedaan pendapat tersebut.
Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan kepada Kan: “Mengingat kesulitan dalam negosiasi dan waktu yang terus berjalan dalam kehidupan para sandera, kami ingin mengusulkan rencana sekunder yang akan memperpendek tahapan dan memungkinkan kesepakatan yang lebih cepat.
“Ini akan terjadi jika Sinwar meninggalkan [Gaza] dan mengakhiri perang. Ini akan memungkinkan kita untuk mencapai tujuan perang, dan agar pimpinan Hamas di Gaza dapat pergi ke tempat yang aman.”
Seorang pejabat di kantor Netanyahu menegaskan pada hari Kamis bahwa laporan itu bukan hal baru.
"Perdana menteri berbicara tentang hal ini dalam [pidatonya di] Kongres. Ia mengatakan bahwa perang dapat berakhir sekarang jika Sinwar diasingkan, kita mendapatkan sandera, Hamas tidak berkuasa, dan ada demiliterisasi dan deradikalisasi. Ini berarti kemenangan, dan berakhirnya perang," kata pejabat itu.
Pemimpin Oposisi Yair Lapid mengonfirmasi gagasan itu muncul dalam pembicaraan yang diadakannya di Washington dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan lainnya awal pekan ini.
"Ada suatu perasaan, suatu kesadaran yang berkembang, di antara banyak orang, termasuk saya sendiri, bahwa perang, pada akhirnya, tidak lagi melayani kepentingan Israel," katanya kepada penyiar tersebut.
Israel telah mengajukan usulan yang akan mengakhiri pertempuran di Jalur Gaza dan memberikan pimpinan Hamas jalan keluar yang aman dari daerah kantong itu sebagai imbalan atas pembebasan segera semua sandera yang ditawan di Gaza, demiliterisasi Jalur Gaza dan pembentukan kekuatan pemerintahan alternatif di sana, demikian laporan berita Kan pada hari Kamis.
Seorang pejabat Israel mengonfirmasi garis besar laporan tersebut kepada The Times of Israel dan mengatakan Gal Hirsch, orang penting pemerintah dalam menangani para sandera, telah menyampaikan rencana tersebut kepada pejabat Amerika, yang diperkirakan akan meneruskannya kepada pejabat Arab yang tidak disebutkan namanya.
Hirsch mengatakan kepada keluarga sandera bahwa proposal tersebut telah diajukan minggu lalu dalam sebuah pertemuan dengan pejabat AS dari Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri, kata Kan.
Namun anggota politbiro Hamas, Ghazi Hamad, dengan cepat menolak tawaran tersebut, dan mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa "usulan keluarnya Sinwar adalah menggelikan dan mengindikasikan kebangkrutan negosiasi pendudukan."
"Hal ini menegaskan penyangkalan pendudukan atas apa yang terjadi selama delapan bulan negosiasi. Negosiasi terhenti karena sikap keras kepala Israel," kata Hamad.
SUMBER: TIMES OF ISRAEL