TRIBUNNEWS.COM -- Ledakan pager dan walkie talkie serta alat komunikasi lain di Lebanon menyebabkan puluhan orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka parah.
Seperti diketahui bahwa pasukan militan Hizbullah lebih memilih menggunakan gawai itu ketimbang handphone dengan alasan tertentu.
Israel dituding berada di belakang meledaknya ribuan pager dan walkie talkie. Perangkat komunikasi tersebut telah dipasangi bom sebelum masuk ke Lebanon.
Baca juga: Setelah Pager, Walkie Talkie Meledak Serentak di Lebanon, Tewaskan 20 Orang
Namun bagaimana bisa alat-alat yang telah terpasangi bahan peledak itu bisa masuk ke Lebanon tanpa terdeteksi oleh alat pemindai di bandara atau pelabuhan.
Saluran TV Lebanon Al Mayadeen menyebutkan, seorang sumber pejabat keamanan Lebanon mengatakan perangkat komunikasi ini ditanami bahan peledak oleh intelijen asing Israel Mossad dibantu agen intelijen militer Israel (AMAN).
Sumber tersebut meyakini bahwa bom itu diletakkan di bawah papan sirkuit elektronik perangkat. "Kondisi ini bisa membuatnya tidak dapat dideteksi selama pemeriksaan rutin peralatan impor," kata dia.
Disebutkan, gawai ini juga dipasangi alat otomatis di mana pin akan menyala jika pinnya dinyalakan. "Ada pesan khusus dikirim yang setelah empat detik menyebabkan perangkat meledak terlepas dari apakah pemilik pager membuka pesan tersebut atau tidak," jelas Al Mayadeen.
Sehingga jik alat komunikasi yang dimatikan atau berada di luar area jangkauan jaringan pada saat itu tidak meledak.
Dengan adanya peristiwa tersebut diyakini Israel telah memiliki jenis bahan peledak baru atau metode baru cara mengemas bahan peledak yang tidak bisa dideteksi dengan metode konvensional.
Baca juga: Populer Internasional: Perbandingan Pasukan Rusia vs NATO - Ledakan Pager Massal di Lebanon
Beberapa media menyebutkan bahwa walkie talkie dan alat komunikasi lain yang meledak itu dikirim dari kelompok yang sama pada lima bulan yang lalu.
Namun ada juga yang menyebutkan diterima oleh Hizbullah beberapa minggu sebelum ledakan terjadi.
Mossad dipercaya mengendalikan pengiriman dan pemasangan alat peledak ke semua alat komunikasi itu.
Media Israel Walla mengatakan bahwa Israel sebenarnya merencanakan akan meledakkan perangkat tersebut saat akan terjadi peperangan besar-besaran dengan Hizbullah.
Jika hal itu terjadi, maka Israel akan mendapatkan keuntungan besar, kata eks pejabat Israel kepada media Walla.
Akan tetapi kemudian ada kekhawatiran Hizbullah mengetahui rencana sabotase alat komunikasi Hizbullah, sehingga diputuskan untuk mempercepat peledakannya.