Banyak media Arab menggunakan istilah kelompok “perlawanan Palestina” untuk menyebut Hamas. Namun, Al-Arabiya memilih menyebutnya sebagai “gerakan Hamas” atau “organisasi Hamas”.
Dalam berita Al-Arabiya, Hamas tidak diagung-agungkan atau diberitakan sebagai gerakan yang penting atau kuat.
Tak hanya Kan, media Israel lainnya, yakni Haaretz, juga melaporkan dugaan keberpihakan Al-Arabiya terhadap Israel.
Haaretz menyebut kanal itu memberikan “panggung” kepada juru bicara tentara Israel, Daniel Hagari, untuk mencoreng nama Hizbullah.
“Saya di sini, di utara,” kata Hagari secara live di Al-Arabiya.
Hagari kemudian mengklaim Hizbullah “memanfaatkan rakyat Lebanon” yang mungkin tidak tahu sepenuhnya tentang konflik Hizbullah-Israel.
Di samping itu, Haaretz menyebut Al-Arabiya juga menonjol karena “liputan simpatiknya” tentang Perjanjian Abraham yang melibatkan Israel, Uni Emirat Arab, dan Bahrain tahun 2020.
Media Arab itu bahkan menayangkan video dari parlemen Israel saat penandatanganan.
Baca juga: MBS Tegaskan Arab Saudi Tak Akan Akui Israel Tanpa Negara Palestina
Haaretz juga mengutip pernyataan dari Orit Perlov, seorang peneliti di Institut Kajian keamanan Nasional dan mantan penasihan Kementerian Dalam Negeri AS.
Perlov mengklaim Israel bekerja sama dengan Al-Arabiya.
Adapun pada bulan Juli lalu The New Arab menyebut warga Palestina marah karena liputan tentang pembantaian oleh Israel di kamp Al-Mawasi karena adanya keberpihakan terhadap Israel.
The New Arab mengatakan sebagian besar yang tewas adalah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Israel bahkan menyerang tenaga kesehatan yang membantu menyelamatkan korban.
Namun, judul berita yang ditayangkan Al-Arabiya tidak menyinggung pembantaian oleh Israel, tetapi lebih memfokuskan klaim Israel bahwa serangan itu menargetkan pemimpin Hamas bernama Mohammed Deif.
Al-Arabiya juga diduga hanya menyebutkan klaim Israel dan awalnya tidak menyebutkan bantahan dari Hamas dan kesaksian warga Palestina.
(Tribunnews/Febri)