News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Populer Hari Ini

Populer Internasional: Rusia Pusing Rebut Selidovo, Siasat Turki Keluar dari Uni Eropa

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghadiri upacara peluncuran pipa gas TurkStream, di Istanbul, Turki pada 8 Januari 2020. Kabar populer di kanal internasional Tribunnews telah terangkum dalam sehari terakhir, mulai Rusia pusing rebut Selidovo hingga siasat Turki keluar UE

TRIBUNNEWS.COM - Kabar populer di kanal internasional Tribunnews telah terangkum dalam sehari terakhir.

Konflik negara-negara di dunia masih menjadi sorotan oleh masyarakat.

Mulai dari berita pasukan Rusia yang telah masuk ke Pokrovsk, namun kesulitan merebut kota Selidovo.

Hal ini membuat situasi memburuk, bukan untuk menghancurkan kota Ukraina tetapi ada maksud lain dari Rusia.

Selanjutnya adalah kabar Turki yang ngebet ingin gabung BRICS.

Turki diduga memiliki rencana lain bergabung dengan organisasi negara-negara ekonomi berkembang di dunia, di dalamnya ada Brasil, Rusia hingga China.

Hingga berita 17 komando alias perwira pasukan Hizbullah dinyatakan tewas akibat serangan udara Israel di pinggiran Beirut.

Berikut rangkuam berita populer dalam sehari terakhir Tribunnews.com:

1. Rusia Pusing Rebut Kota Selidovo

Sedikit-demi sedikit pasukan Rusia mulai masuk ke kota benteng dan gudang logistik Ukraina, Pokrovsk di Donetsk.

Namun keberadaan mereka bukan untuk menyerang, mereka datang untuk mempersiapkan tim-tim berikutnya untuk menggempur pasukan Ukraina. 

Baca juga: Klaim Siap Tingkatkan Tekanan, Israel Ancam Hizbullah: Mereka akan Terima Pukulan Lagi dan Lagi

Sergey Poletaev, analis informasi dan humas, salah satu pendiri dan editor proyek Vatfor dikuti dari Russia Today mengatakan, pertempuran saat ini sedang berlangsung di pinggiran wilayah perkotaan Pokrovsk-Selidovo, dengan populasi sekitar 200.000 orang. 

Setelah Slaviansk-Kramatorsk, ini adalah wilayah perkotaan terbesar kedua di Donbass yang masih berada di bawah kendali AFU. 

Pada malam hari tanggal 17 September, dilaporkan bahwa kota Ukrainsk (populasi 10.000 jiwa) telah direbut.

Sasaran langsung Rusia adalah merebut kota Selidovo (berpenduduk 25.000 jiwa), yang tidak dapat direbut dengan segera, tidak seperti Grodovka. Angkatan Darat Rusia kini berupaya mengepung Selidovo dengan mendekatinya melalui kota Gorniak. 

SELANJUTNYA>>>

2. Siasat Turki Gabung BRICS

Turki secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS, organisasi negara-negara ekonomi berkembang di dunia. BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, tapi kini sebagian besar didominasi oleh Moskow dan Beijing.

Omer Celik, juru bicara dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengonfirmasi hal ini dan mengatakan permintaan tersebut "tertunda."

"Presiden kami telah menyatakan beberapa kali bahwa kami ingin menjadi anggota BRICS," ujar Omar Celik pada awal September. Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut aspirasi Turki, menurut laporan media Turki, dan mengatakan ia akan "sepenuhnya mendukung" keanggotaan Turki.

Jika benar-benar jadi anggota BRICS, yang sering digambarkan sebagai penyeimbang tatanan global yang dipimpin Barat, Turki dapat semakin menjauh dari keanggotaan Uni Eropa (UE) dan sejumlah keuntungan yang ditawarkannya.

Turki ingin gabung UE sejak 2005

"Kami mengharapkan semua negara kandidat UE untuk mendukung nilai-nilai UE dengan tegas, guna menghormati kewajiban yang berasal dari perjanjian perdagangan yang relevan, dan agar selaras dengan Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama UE," kata Peter Stano, juru bicara layanan diplomatik UE. kepada DW.

SELANJUTNYA>>>

3. 17 Perwira Pasukan Hizbullah Lenyap

Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengklaim kalau para pimpinan tertinggi pasukan operasi khusus Hizbullah, “Pasukan Radwan” yang "dilenyapkan" dalam serangan udara di pinggiran Beirut, pada Jumat (20/9/2024) tengah menyiapkan serangan mematikan ke wilayah Israel.

Dalam pernyataannya soal serangan yang menewaskan warga sipil tersebut, IDF menyebut kalau para perwira Pasukan Radwan Hizbullah tersebut telah “merencanakan infiltrasi ke Galilea, wilayah Israel selama bertahun-tahun, untuk dieksekusi ketika diberi perintah.” 

 Dalam pernyataan tersebut, IDF lebih lanjut mengklaim kalau komandan senior Ibrahim Aqil dan yang lainnya bertanggung jawab untuk merencanakan, memajukan, dan mengeksekusi ratusan serangan dan operasi melawan Israel.

"Itu termasuk apa yang disebut Israel sebagai “skema pembunuhan untuk menyerang komunitas Galilea,” tulis RNTV mengutip pernyataan IDF.

Militer Israel juga menyebutkan nama-nama pimpinan tertinggi Hizbullah yang terbunuh dalam serangan terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Beirut kemarin, termasuk Ibrahim Aqil, yang merupakan kepala operasi militer Hizbullah, penjabat komandan Pasukan Radwan, dan orang kedua di bawah Hasan Nasrallah.

Adapun Hizbullah mengumumkan tewasnya Aqil kemarin, beberapa jam setelah serangan udara itu terjadi, bersama dengan anggota lain dari Pasukan al-Hajj Radwan.

"Aqil tengah bertemu dengan komandan senior pasukan operasi khusus lainnya di sebuah gedung di Beirut; 15 perwira senior lainnya tewas dalam serangan itu," tulis laporan RNTV.

IDF mengklaim Ahmed Wabi, kepala unit pelatihan Hizbullah dan mantan komandan pasukan Radwan, juga tewas dalam serangan itu.

"Nama-nama lain dalam pernyataan itu meliputi: Samer Halawi, komandan wilayah pesisir; Abbas Muslimani, komandan wilayah Qana; Abdullah Hijazi, komandan wilayah Ramim Ridge; Muhammad Reda, komandan wilayah Khiam; Hassan Madi, komandan wilayah Gunung Dov; Hassan Abd al-Satar, kepala operasi; dan Hussein Hadraj, kepala staf," kata laporan tersebut.

SELANJUTNYA>>>

4. Anies di jepang Mengaku Pengangguran

Di hadapan Universitas Sophia Tokyo, mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengaku saat ini dirinya seorang pengangguran.

Bahkan Anies di hadapan 200-an orang mahasiswa itu siap kerja jika ditawari pekerjaan. 

 "Saya pengangguran saat ini karena tidak bekerja kepada siapapun. Kalau ada yang mau mempekerjakan saya silakan," kata Anies, Jumat (20/9/2024) sore.

Anies menegaskan dirinya tidak berencana untuk mengajar di kampus.

"Masa depannya saya adalah memberikan lecture kemana-mana. Kalau ada yang mau mengundang saya silakan saja tapi saya tidak kembali mengajar ke universitas," kata mantan Rektor Universitas Paramadina ini.

Di bagian lain Anies menegaskan masih banyak sekali orang baik di Republik Indonesia saat ini yang bisa terlihat dari aksi protes saat ada kebijakan yang tidak benar. 

“Ketika ada yang tidak benar di Indonesia banyak sekali yang turun ke jalan unjuk rasa memprotes ketidak benaran yang terjadi saat ini.  Masih banyak artinya orang yang baik di Republik Indonesia ini,” kata Anies.

Dikatakannya, di era digital saat ini bisa dishare kepada banyak orang.

“Aktif di dunia digital dan men-share merupakan best practices di dunia terutama bagi anak muda saat ini.

Jangan mempersoalkan di mana anda berada, di Karawang  atau di Kanagawa karena bisa koneksi ke mana pun di mana pun dengan baik. Jadi semua tetap bisa memonitor negara kita di mana pun anda berada," katanya.

SELANJUTNYA>>>

5. Keresahan Warga Gara-gara Ledakan Walki Talkie

Setelah ledakan walkie-talkie secara bersamaan yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 300 orang pada Rabu (18/09) di Beirut, Lebanon, menyusul ledakan massal ratusan pager yang menewaskan sembilan orang dan melukai sekitar 2.800 lainnya pada Selasa (17/09), muncul kekhawatiran akan terjadinya eskalasi yang lebih luas di wilayah tersebut.

Serangan berturut-turut selama dua hari itu menargetkan anggota Hizbullah, sebuah partai politik dan kelompok militan di Lebanon. Duta Besar Iran untuk Lebanon, Modjtaba Amani, turut menjadi korban luka dari serangan tersebut.

Hizbullah, kelompok yang didukung Iran ini menuding Israel yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Iran juga menuduh Israel melakukan ”pembunuhan massal”. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, Rabu (18/09) bahkan mencap serangan itu sebagai ”tindakan terorisme”.

 Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) pada tahun 1997 dan Jerman pada tahun 2020, telah menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris. Sementara di Uni Eropa, pada tahun 2013 hanya menetapkan kelompok bersenjata Hizbullah sebagai teroris.

Hizbullah telah lama menggunakan sistem penerima radio, yang disebut pager atau penyeranta. Dengan alasan, alat ini tidak bisa dilacak seperti telepon seluler.

Menurut laporan sejumlah media, Israel mungkin sempat mencegat pengiriman pager bermerek Gold Apollo itu dengan tujuan menanam bahan peledak di dalamnya. Perangkat yang telah dipasangi bahan peledak itu kemudian disuplai ke pihak Hizbullah, dan akhirnya meledak pada Selasa (17/09).

SELANJUTNYA>>>

(Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini