TRIBUNNEWS.com - Pemerintahan Israel memberlakukan keadaan darurat nasional hingga 30 September 2024.
Langkah yang diumumkan pada Senin (23/9/2024) malam ini, diambil di tengah meningkatnya serangan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, dan sebagai bentuk antisipasi perluasan serangan kelompok itu ke Israel.
Menurut harian Yedioth Ahronoth, menteri Kabinet Israel memilih untuk mengumumkan 'situasi khusus dalam negeri' di seluruh Israel.
Pemungutan suara mengenai keputusan itu dilakukan lewat telepon, seperti yang diusulkan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.
Harian Haaretz mengatakan, berdasarkan keputusan itu, militer Israel diberikan kewenangan untuk mengeluarkan perintah kepada masyarakat.
Perintah-perintah itu mencakup larangan pertemuan, membatasi kegiatan belajar, dan mengeluarkan "instruksi tambahan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa."
Keputusan tersebut muncul menyusul upaya pembunuhan terhadap komandan militer tinggi Hizbullah, Ali Karaki.
Diketahui, Radio Angkatan Darat Israel mengutip sumber militer, mengatakan Karaki ditargetkan dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut.
Tetapi, tak lama setelahnya, Hizbullah mengonfirmasi Karaki selamat.
"Klaim Israel mengenai pembunuhan Karaki adalah salah. Dia masih hidup dan sehat, dan telah dibawa ke tempat yang aman," kata Hizbullah dalam pernyataannya, dikutip dari Al Mayadeen.
Sebelumnya, Israel melancarkan serangan terhadap Lebanon, Senin, hingga menyebabkan ratusan warga sipil tewas.
Baca juga: 4 Fasilitas Militer Penting Israel Dihantam Roket Hizbullah, Termasuk Pabrik Bahan Peledak di Utara
Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat setidaknya ada 456 orang tewas, termasuk anak-anak dan perempuan, akibat serangan Israel, dilansir Anadolu Ajansi.
Sementara, 1.246 lainnya mengalami luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abaid, sebelumnya mengatakan, serangan udara Israel memaksa ribuan orang meninggalkan Lebanon selatan, khususnya yang dekat dengan perbatasan Israel.
Pihak berwenang Lebanon mengungkapkan sekolah-sekolah dan lembaga lainnya dibuka untuk menampung warga sipil yang mengungsi.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Dalam Negeri Lebanon, Bassam Mawlawi, menurutkan ia telah memerintahkan para gubernur untuk bekerja sama sepenuhnya terkait evakuasi massal dari wilayah selatan.
Di sisi lain, tentara Israel pada Senin malam, mengklaim telah menyerang lebih dari 1.100 target Hizbullah dalam 24 jam terakhir di Lebanon selatan dan timur.
Mereka mengatakan menggunakan lebih dari 1.400 amunisi berbeda dalam sekitar 650 serangan jet tempurnya di atas Lebanon.
Pasca-serangan Israel itu, Hizbullah menargetkan fasilitas penting militer Israel di wilayah utara, menggunakan roket Fadi-1 dan Fadi-2.
Serangan Perlawanan Irak
Selain dari Hizbullah, Israel juga menghadapi serangan Perlawanan Irak yang mendukung Hizbullah.
Baca juga: Hizbullah Berduka, Komandan Militer Tertingginya, Ibrahim Aqil, Mati Syahid Diserang Israel
Dalam kurun waktu 24 jam, Minggu (22/9/2024), Perlawanan Irak melancarkan lima operasi terhadap Israel sebagai balasannya atas serangan terhadap Lebanon.
Operasi kelima mereka, yang terakhir di hari Minggu, menargetkan Lembah Yordan menggunakan drone al-Arfad.
Dalam sebuah pernyataan, Perlawanan Irak menegaskan operasi itu dilakukan "sebagai kelanjutan perlawanan kami terhadap pendudukan (Israel), untuk mendukung Palestina dan sebagai respons terhadap pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua."
Kelompok itu juga menggarisbawahi mereka akan terus "menyerang benteng musuh dengan intensitas yang semakin meningkat."
Sumber Al Mayadeen mengkonfirmasi, perlawanan Irak telah meluncurkan serangkaian drone yang menargetkan lokasi-lokasi di Lembah Yordan.
Terkait operasi itu, media Israel menggambarkan serangan Perlawanan Irak sebagai serangan terbesar terhadap Israel sejak 1991.
Lebih dari 15 drone baru dikerahkan Perlawanan Irak, lapor media itu.
Drone-drone yang diluncurkan Irak telah mengaktifkan sirene di Kota Bisan di Lembah Yordan dan Dataran Tinggi Golan.
Diketahui, operasi pertama yang dilancarkan Perlawanan Irak menargetkan fasilitas vital.
Serangan kedua menargetkan berbagai lokasi di wilayah Palestina utara yang diduduki menggunakan rudal al-Arqab, rudal jelajah yang dikembangkan.
Sementara, serangan ketiga berfokus pada target di wilayah Palestina selatan yang diduduki.
Perlawanan Irak juga mengunggah foto sebuah drone di saluran Telegramnya dengan tulisan, "Dan bumi pun melepaskan beban-bebannya."
Tulisan itu mengutip dari Surat al-Zalzalah di dalam Al-Quran.
Selama seminggu terakhir, Perlawanan Irak telah melaksanakan empat operasi terhadap Israel.
Operasi keempat menargetkan lokasi pendudukan di Lembah Yordan.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)