TRIBUNNEWS.COM - Swiss meminta warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Israel dan Lebanon.
Keputusan ini diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Swis melalui X pada Senin (23/9/2024).
Menurut Kemenlu Swiss, keputusan ini dibuat karena ketegangan yang meningkat dari kedua pihak dan situasi Israel dan Lebanon yang semakin memburuk.
"Situasinya tidak menentu dan berbahaya. Perjalanan tidak disarankan," tulis Kemenlu Swiss, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Ia juga memperingatkan kepada warga Swiss yang menetap di dua negara itu untuk segera angkat kaki.
"Jika Anda berada di sana, tinggalkan negara itu, jika memungkinkan, dengan menggunakan sarana komersial," tambahnya.
Meski begitu, Kemenlu Swiss mengatakan kedutaan besar mereka di Tel Aviv dan Beirut akan tetap buka.
"Kedutaan Besar Swiss di Tel Aviv dan Beirut tetap buka tetapi hanya menawarkan bantuan terbatas dalam keadaan darurat," katanya.
Israel telah melancarkan serangkaian serangan udara ke Lebanon selatan dan timur.
Terbaru, serangan udara Israel mengantam Lebanon selatan dan timur pada Senin (23/9/2024).
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan ini menewaskan 492 orang.
Baca juga: Pakar: Perang Lebanon Adalah Perang Ketiga yang Disponsori Joe Biden
Dari jumlah tersebut, terdiri dari 35 anak-anak, 58 wanita, dan dua petugas medis.
Serangan Israel juga melukai 1.645 warga Lebanon, dikutip dari Al Jazeera.
Puluhan ribu warga Lebanon melarikan diri dari selatan, dan jalan raya utama keluar dari kota pelabuhan selatan Sidon macet dipenuhi mobil yang menuju Beirut.