News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Turki, China, Australia, Amerika, Inggris Evakuasi Warganya dari Lebanon

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim penyelamat bergegas ke lokasi serangan udara Israel yang menargetkan desa Abbasiyeh di Lebanon selatan pada 24 September 2024. - Israel mengumumkan puluhan serangan udara baru terhadap benteng Hizbullah di Lebanon, sehari setelah 558 orang, termasuk 50 anak-anak, tewas dalam hari kekerasan paling mematikan sejak perang saudara Lebanon. - Turki, China, Australia, Amerika, Inggris bersiap mengevakuasi warganya dari Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel-Lebanon. (Photo by Kawnat HAJU / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah negara bersiap mengevakuasi warganya dari Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel-Lebanon.

Sebut saja Turki, China, dan Inggris.

Ada kemungkinan negara-negara lain akan menyusul untuk mengambil langkah serupa.

Selengkapnya, simak negara mana yang telah mengumumkan untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon, yang telah Tribunnews rangkum berikut ini.

Turki, China, Australia, Amerika, Inggris Evakuasi Warganya dari Lebanon

1. Turki

Pertama, Turki bakal mengevakuasi warganya dari Lebanon.

"Turki sedang bersiap untuk mengevakuasi warganya dan warga negara asing dari Lebanon," menurut sumber Kementerian Pertahanan Turki yang dikutip oleh kantor berita Reuters.

Sumber tersebut mengatakan perencanaan awal dan persiapan untuk operasi evakuasi potensial sedang dilakukan.

Laporan itu muncul saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan berita gencatan senjata dengan Hizbullah "tidak benar" dan memerintahkan militernya untuk terus bertempur dengan kekuatan penuh.

2. China

Baca juga: Australia Desak 15.000 Warganya Tinggalkan Lebanon Seiring Perang di Timur Tengah Makin Melebar

Selain Turki, Tiongkok juga meminta warganya untuk tidak pergi ke Lebanon

Kedutaan Besar China di Lebanon telah memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke negara itu di tengah serangan udara Israel yang terus berlanjut.

Kedutaan juga mengaktifkan rencana tanggap darurat dan menyarankan warga negara di Lebanon untuk pergi.

3. Australia

Australia mendesak sekitar 15.000 warganya yang tinggal di Lebanon untuk meninggalkan negara itu.

Canberra mempertimbangkan risiko penutupan bandara Beirut dan kesulitan mengevakuasi sejumlah besar warga jika situasi di Timur Tengah semakin memburuk.

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese mengatakan pemerintahnya telah membuat rencana darurat yang dapat mencakup evakuasi melalui air, tetapi menolak memberikan rinciannya.

"Kami mempertimbangkan setiap opsi, tetapi jelas ada masalah keamanan nasional," katanya dalam wawancara dengan Sky News.

Menteri Luar Negeri, Penny Wong mengatakan kepada wartawan di New York di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa ada risiko bandara Beirut akan ditutup untuk waktu yang lama, dan warga Australia harus segera pergi.

Wong mengatakan telah bertemu dengan mitranya dari Inggris dan membahas perlunya gencatan senjata di Lebanon.

Sekitar 15.000 warga Australia tinggal di Lebanon, menurut kementerian luar negeri Australia.

"Mengingat jumlah besar yang kita bicarakan, situasi ini akan sulit diselesaikan," kata Albanese dalam komentar yang disiarkan di ABC Television .

"Kami telah mengadakan pertemuan mengenai hal ini melalui badan-badan terkait selama kurun waktu tertentu, termasuk melibatkan teman-teman dan sekutu kami," tambahnya.

4. Amerika

Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengirim pasukan untuk membantu evakuasi warganya dari Lebanon.

Dikutip dari NBC, Departemen Pertahanan berencana untuk mengirim beberapa lusin tentara AS ke Timur Tengah dalam beberapa hari mendatang untuk bersiap membantu warga Amerika melarikan diri dari wilayah yang bersiap menghadapi eskalasi signifikan dalam konflik yang membara antara Israel dan kelompok militan yang didukung Iran, Hizbullah di Lebanon, menurut tiga pejabat pertahanan.

Pasukan AS akan menambah sekitar 40.000 tentara yang sudah ada di wilayah tersebut — jumlah yang bertambah seiring berlanjutnya perang antara Israel dan Hamas dan meningkatnya ketegangan dengan Hizbullah.

Pasukan baru tersebut akan memiliki misi yang berbeda, kata para pejabat, khususnya untuk bersiaga jika pertempuran antara Israel dan Hizbullah mengancam warga Amerika dan evakuasi diperlukan.

Juru bicara Pentagon, Mayjen Pat Ryder, mengatakan pada hari Senin (23/9/2024) bahwa AS akan mengirim sejumlah kecil pasukan tambahan Amerika "untuk menambah pasukan kami yang sudah ada di kawasan tersebut."

Ia menolak untuk menyebutkan berapa banyak pasukan tambahan yang akan dikerahkan, mengapa atau di mana, dengan alasan keamanan operasional.

5. Inggris

Selain Amerika, Inggris juga mengirim sejumlah tentara untuk membantu evakuasi warganya dari Lebanon.

Dikutip dari Anadolu, dikatakan, Inggris mengirim 700 tentara ke Siprus untuk rencana evakuasi itu.

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer mengatakan Selasa (24/9/2024) bahwa 700 tentara sedang dikerahkan ke pangkalan Inggris di Siprus untuk mendukung kemungkinan evakuasi warga negara Inggris dari Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan itu.

Berbicara kepada wartawan di dalam penerbangan menuju New York untuk menghadiri sidang ke-79 Majelis Umum PBB, Starmer menegaskan kembali seruan pemerintah bagi warga negara Inggris untuk segera meninggalkan Lebanon, dan menyatakan keprihatinannya atas situasi yang memburuk.

Starmer menyoroti bahwa pemerintah sedang mempercepat rencana darurat untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon.

Ia menekankan perlunya gencatan senjata dan meminta Israel dan Lebanon untuk mundur dari ambang eskalasi lebih lanjut.

Dua kapal perang Inggris saat ini ditempatkan di lepas pantai Siprus selatan dan akan digunakan jika operasi evakuasi diperintahkan. Pesawat dan helikopter milik Angkatan Udara Kerajaan juga bersiaga.

Baca juga: Desakan Presiden Prancis Macron Terkait Konflik Israel-Hizbullah: Tidak Boleh Ada Perang di Lebanon

Inggris memiliki dua pangkalan di Siprus, Akrotiri dan Dhekelia, yang memainkan peran strategis dalam operasi militer Inggris di wilayah tersebut.

Tentara Israel telah melancarkan gelombang serangan udara di Lebanon sejak Senin dini hari terhadap apa yang disebutnya target Hizbullah di tengah meningkatnya peperangan antara kedua belah pihak.

Berbagai negara telah mendesak warganya untuk meninggalkan atau menghindari perjalanan ke Lebanon minggu ini, termasuk Italia, Belgia, Inggris, Rusia, India, Australia, dan Malaysia.

Kemungkinan Serangan Darat

Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi memerintahkan para prajurit untuk mempersiapkan dengan kemungkinan serangan darat untuk melawan Hizbullah di Lebanon, Rabu (25/9/2024).

Seruan itu datang saat angkatan udara melakukan ratusan serangan mematikan di seluruh negeri, lapor Al Arabiya News.

"Kami menyerang sepanjang hari, baik untuk mempersiapkan tanah bagi kemungkinan masuknya Anda, tetapi juga untuk terus menyerang Hizbullah," kata Letnan Jenderal Herzi Halevi kepada sebuah brigade tank, menurut sebuah pernyataan dari militer.

Serangan udara tersebut telah menewaskan hampir 560 orang, termasuk 95 wanita dan 50 anak-anak, dan melukai 1.835 lainnya, menurut Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad.

Konflik antara Israel dan Hizbullah dapat menghancurkan harapan yang sudah menipis untuk kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan Hamas.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini