TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengomentari pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk membalas negara nuklir yang membantu negara non-nuklir untuk menyerang wilayah Rusia dan sekutu utamanya, Belarusia.
Putin mengatakan pada Rabu (25/9/2024), Rusia akan merevisi kebijakan penggunaan senjata nuklir dengan menyatakan partisipasi negara nuklir tersebut akan dianggap sebagai serangan gabungan terhadap Rusia dan Belarusia.
Revisi kebijakan yang diusulkan Putin itu dapat berlaku untuk serangan Ukraina jauh di dalam Rusia dengan senjata canggih yang dipasok oleh AS, Inggris, atau Prancis.
Antony Blinken menganggap pernyataan tersebut tidak bertanggung jawab, mengingat AS adalah pendonor terbesar persenjataan untuk Ukraina dalam menghadapi pasukan Rusia dalam perangnya.
"Ini benar-benar tidak bertanggung jawab," kata Antony Blinken dalam wawancara dengan MSNBC pada Kamis (27/9/2024).
Antony Blinken juga menyatakan komentar Presiden Rusia itu tidak tepat waktu karena para pemimpin dunia berkumpul di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB minggu ini.
Ia meminta masyarakat internasional untuk membahas perlunya lebih banyak pelucutan senjata dan nonproliferasi.
Rusia Beri Peringatan kepada Sekutu Ukraina
Sementara itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menjelaskan usulan Putin untuk memperbarui doktrin nuklir dimaksudkan sebagai peringatan bagi negara-negara Barat tentang dukungannya terhadap peningkatan agresi Ukraina terhadap Rusia atau sekutu utamanya, Belarusia.
"Ini adalah sinyal peringatan bagi negara-negara ini tentang konsekuensi keikutsertaan mereka dalam serangan terhadap negara kita dengan berbagai cara, termasuk yang non-nuklir," kata Dmitry Peskov.
Ia yakin semua pemimpin dan analis yang berakal sehat telah memahami betapa seriusnya pengumuman Putin.
Sementara itu, Putin belum menjelaskan kapan perubahan kebijakan nuklir Rusia akan berlaku.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-947: Donald Trump Minta Zelensky Serahkan Wilayah ke Putin
Sebelumnya, Putin berulang kali menyatakan sikap tertutup mengenai masalah senjata nuklir.
Pada bulan Juni, Putin berharap pertukaran nuklir antara Rusia dan Barat tidak akan pernah terjadi.
Putin Ancam Akan Pakai Senjata Nuklir jika Diserang
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan akan menggunakan senjata nuklir jika terjadi agresi terhadap Rusia dan Belarusia.
"Diusulkan agar agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir mana pun, tetapi dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir, dianggap sebagai serangan bersama mereka terhadap Federasi Rusia," kata Putin dalam sesi pertemuan tetap Dewan Keamanan Rusia pada Rabu (25/9/2024) tentang pencegahan nuklir.
"Kami berhak menggunakan senjata nuklir jika terjadi agresi terhadap Rusia dan Belarus sebagai anggota Negara Persatuan," lanjutnya.
Ia menekankan hak untuk menggunakan senjata nuklir dapat muncul antara lain, jika dengan menggunakan senjata konvensional, musuh menimbulkan ancaman kritis terhadap kedaulatan Rusia.
"Syarat-syarat transisi Rusia menuju penggunaan senjata nuklir juga sudah ditetapkan dengan jelas," kata Putin, dikutip dari Reuters.
Putin menambahkan Rusia akan mempertimbangkan langkah tersebut jika mendeteksi dimulainya peluncuran besar-besaran rudal, pesawat terbang, atau pesawat tanpa awak terhadap negaranya.
Rusia juga memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir jika Rusia atau sekutunya, Belarusia, menjadi sasaran agresi.
"Semua masalah ini telah disepakati dengan pihak Belarusia, dengan Presiden Belarusia (Alexander Lukashenko)," kata Putin.
Menurut doktrin nuklir yang ditetapkan dalam dekrit Putin pada 2020, Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir oleh musuh atau serangan konvensional yang mengancam keberadaan Rusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)