TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam masyarakat internasional karena gagal menghentikan kekejaman Israel di Lebanon.
Araghchi menekankan bahwa Iran tidak akan bersikap acuh tak acuh terhadap perang habis-habisan di Lebanon, mengutip PressTV.
"Republik Islam Iran tidak akan bersikap acuh tak acuh terhadap perang habis-habisan di Lebanon," katanya dalam pertemuan menteri luar negeri negara-negara anggota kelompok BRICS di New York, Kamis (26/9/2024).
Araghchi juga mengusulkan agar krisis Gaza dimasukkan dalam agenda KTT BRICS mendatang, yang dijadwalkan diadakan di kota Kazan, Rusia dari tanggal 22 hingga 24 Oktober.
Araghchi menyebut BRICS sebagai kelompok yang sangat potensial di kawasan global.
Ia menyatakan bahwa blok tersebut dapat memainkan peran yang efektif dalam mengangkat posisi negara-negara anggota dan mendorong perkembangan dan perubahan positif dalam sistem global.
Iran secara resmi menjadi anggota BRICS pada awal tahun ini, lima bulan setelah mengumumkan penerimaannya sebagai anggota penuh dalam kelompok tersebut bersama dengan Argentina, Mesir, Ethiopia, UEA, dan Arab Saudi.
BRICS adalah organisasi antarpemerintah yang pertama kali dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
Kelima negara tersebut secara kolektif mewakili sekitar 40 persen dari populasi global dan seperempat dari produk domestik bruto (PDB) dunia.
"Tujuan Israel untuk melenyapkan Hamas adalah ilusi"
Secara terpisah, Araghchi menyebut tujuan Israel untuk melenyapkan gerakan perlawanan Palestina Hamas di Gaza adalah ilusi semata.
Masih mengutip PressTV, dalam pidatonya di pertemuan Komite Menteri Luar Negeri Palestina Gerakan Non-Blok (GNB) di New York, diplomat tinggi Iran itu menyatakan bahwa Israel telah melakukan banyak kejahatan di Jalur Gaza dan wilayah Palestina lainnya selama setahun terakhir.
Baca juga: Di AS, Presiden Iran Tegaskan Israel dan Sekutunya Adalah Teroris Terbesar Sejagat, Ini Alasannya
Ia menyinggung pembantaian hampir 42.000 orang di Gaza selama setahun terakhir.
Angka tersebut telah memecahkan rekor dunia dalam kebrutalan dan kebiadaban, yang bahkan tak tertandingi oleh rezim paling berdarah dalam sejarah manusia, kata Araghchi.
"Pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik gerakan perlawanan Palestina Hamas, di Teheran menandai tindakan agresi dan terorisme terorganisasi lainnya oleh rezim teroris Zionis." katanya.
“Pada saat yang sama, perkembangan terkini di Palestina dan perlawanan di Gaza dan Tepi Barat sekali lagi menunjukkan bahwa penghancuran perlawanan Palestina dan Hamas, sebagai gerakan pembebasan yang dibentuk untuk melawan pendudukan, tidak lebih dari sekadar ilusi,” katanya.
Araghchi mengatakan niat rezim Israel untuk meningkatkan konflik dan memperluas perang di seluruh Asia Barat jelas menunjukkan tidak adanya komitmen terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
“Rezim apartheid dan pendudukan ini kini melancarkan perang agresi yang tidak adil terhadap Lebanon, dengan tujuan melanggar kedaulatan dan integritas teritorial negara tersebut serta membunuh rakyatnya yang tidak bersalah,” kata Araghchi.
Ia menyerukan gencatan senjata segera, menyeluruh, tanpa syarat, dan permanen di Gaza, pencabutan penuh blokade yang tidak manusiawi selama 17 tahun di wilayah pesisir tersebut, pembebasan semua tahanan Palestina, kewajiban Israel untuk melakukan penarikan segera, menyeluruh, dan tanpa syarat dari Gaza, serta menjamin pemulangan semua warga Palestina yang mengungsi dengan aman, tanpa hambatan, dan bermartabat.
Menteri luar negeri Iran juga menuntut sanksi senjata dan perdagangan segera terhadap Israel untuk mewajibkan rezim pendudukan tersebut menghentikan sepenuhnya invasinya ke Gaza, dan melaksanakan kewajiban internasional dan hukumnya berdasarkan hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)