TRIBUNNEWS.COM – Israel mulai mengerahkan tank dan kendaraan lapis baja lainnya ke perbatasan Israel-Lebanon pada hari Kamis, (26/9/2024).
Beberapa tank dilaporkan sudah tiba di Kota Kiryat Shmona yang hanya berjarak beberapa mil dari perbatasan. Kota itu kerap menjadi sasaran serangan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Sehari sebelumnya Israel mengumumkan panggilan kepada para tentara cadangan agar bersiap.
Negara Zionis itu sudah menyinggung kemungkinan adanya invasi darat ke Lebanon. Puluhan ribu pasukan sudah dikirim ke perbatasan guna mempersiapkan diri.
Saat ini ada puluhan ribu warga sipil di dekat perbatasan Israel-Lebanon yang mengungsi.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bersumpah akan terus menggempur Hizbullah dengan kekuatan penuh hingga kelompok itu menyudahi aksi serangan rudal ke Israel.
Pernyataan Netanyahu itu menandakan negara Zionis enggan menyetujui gencatan senjata yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.
Dalam usulan itu disebutkan akan ada gencatan senjata selama 21 hari demi memberikan waktu untuk perundingan.
“Kebijakan Israel sudah jelas,” kata Netanyahu di Kota New York hari Kamis menjelang sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dikutip dari Associated Press.
“Kami akan terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh dan kami tidak akan berhenti hingga mencapai semua tujuan kami, salah satu yang terpenting adalah pemulangan para warga di utara ke rumah mereka dengan aman.”
Sesaat sebelum Netanyahu menyampaikan pernyataannya, militer Israel mengaku membunuh panglima Hizbullah bernama Mohammed Hussein Surour dalam serangan di pinggiran Kota Beirut. Hizbullah kemudian mengonfirmasi kematian panglima itu.
Baca juga: Israel Terus Serang Hizbullah, Macron Sebut Netanyahu Keliru jika Tolak Gencatan Senjata di Lebanon
Kementerian Kesehatan mengatakan dua orang lainnya juga tewas dalam serangan itu. Sebanyak 15 lainnya terluka.
Sebelumnya, Israel jarang menargetkan Beirut dalam konflik berskala rendah dengan Hizbullah sejak perang di Jalur Gaza meletus pada bulan Oktober 2023.
Akan tetapi, Israel pada minggu lalu beberapa kali menargetkan pinggiran selatan Beirut.