News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu: Pembunuhan Sekjen Hizbullah Nasrallah adalah Kunci Israel Capai Tujuannya

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 24 Desember 2023. --- Netanyahu mengklaim pembunuhan Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah diperlukan untuk mencapai tujuannya di perbatasan Lebanon.

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pembunuhan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hizbullah, Hassan Nasrallah, diperlukan untuk mencapai tujuan Israel dalam serangannya di Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.

Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di Dahiya, pinggiran kota Beirut, Lebanon, pada Jumat (27/9/2024).

Sebelumnya, Israel telah membunuh banyak komandan Hizbullah sejak dimulainya serangan skala besar ke Lebanon selatan pada Senin (23/9/2024).

Netanyahu mengatakan pembunuhan para komandan tinggi Hizbullah tidaklah cukup dan ia memutuskan Nasrallah juga perlu dibunuh.

Dia menyalahkan Nasrallah sebagai “arsitek” rencana untuk “memusnahkan” Israel.

“Melikuidasi (Sekretaris Jenderal Hizbullah) Nasrallah adalah syarat yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah kami tetapkan," kata Netanyahu dalam pidatonya, Sabtu (28/9/2024).

“Hal ini bertujuan untuk mengembalikan penduduk wilayah utara dengan selamat ke rumah mereka, dan mengubah keseimbangan kekuasaan di wilayah tersebut selama bertahun-tahun," tambahnya.

Pernyataan pertama Netanyahu muncul ketika ia mengomentari pembunuhan Hassan Nasrallah oleh Israel pada hari Jumat, menyusul serangan skala besar yang menargetkan pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut.

“Penghapusan hal tersebut akan mendorong kembalinya para sandera (yang ditahan Hamas) di Jalur Gaza ke rumah mereka di selatan,” lanjutnya.

“Kami mempunyai pencapaian yang luar biasa, tetapi pekerjaan ini belum selesai. Dalam beberapa hari mendatang, kami akan menghadapi tantangan besar," tambahnya, merujuk pada ancaman serangan balasan dari Hizbullah, seperti diberitakan Al Arabiya.

Ia mengancam akan membunuh siapa pun yang berupaya menyerang Israel.

Baca juga: Sepak Terjang Hassan Nasrallah Memimpin Hizbullah Lebih dari 32 Tahun, Perjalanannya Kini Terhenti

“Siapa pun yang datang untuk membunuhmu, pergi dan bunuh dia,” katanya.

Bertepatan dengan kehadiran Netanyahu di gedung PBB di New York pada Jumat malam, tentara Israel melancarkan serangan kekerasan di pinggiran selatan Beirut, yang kemudian diketahui menargetkan Hassan Nasrallah.

Penargetan wilayah pinggiran selatan pada Jumat malam, menyebabkan ratusan orang tewas dan terluka, termasuk warga sipil.

Sejak Senin (23/9/2024), tentara Israel telah melancarkan serangan paling kejam dan meluas di Lebanon sejak dimulainya konfrontasi dengan Hizbullah pada 8 Oktober 2023.

Sementara itu, sirene terus berbunyi di Israel, setelah Hizbullah meluncurkan ratusan rudal ke lokasi militer, pemukiman, dan markas militer Israel di perbatasan.

Serangan yang menyasar Hassan Nasrallah pada hari Jumat menewaskan sedikitnya 11 orang dan melukai 108 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, dikutip dari CNBC.

Setidaknya lebih dari 600 orang tewas dan lebih dari 3.000 lainnnya terluka dalam serangan Israel sejak hari Senin.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.586 jiwa dan 96.210 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (28/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini