News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Mau Masuk Menyerbu, PM Lebanon Umumkan Soal Pengerahan Pasukan ke Perbatasan

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Lebanon berjaga di luar kamp pengungsi Burj al-Shemali untuk warga Palestina saat ambulans bergegas ke lokasi ledakan di luar kota pelabuhan selatan Tyre, pada akhir 10 Desember 2021.

Israel Mau Masuk Menyerbu, PM Lebanon Umumkan Pengerahan Pasukan ke Perbatasan

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Sementara Lebanon Najib Mikati, Senin (30/9/2024) mengonfirmasi komitmen pemerintahnya terhadap usulan gencatan senjata Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Arab Saudi untuk mengerahkan tentara Lebanon ke perbatasan Israel di bawah naungan Resolusi PBB 1701.

Selama kunjungannya ke Ain al-Tineh, Mikati menegaskan bahwa Lebanon sepenuhnya mendukung isi pernyataan gencatan senjata, dengan menyebutnya sebagai sikap resmi pemerintah Lebanon.

Baca juga: Tentara Israel Bersiap Invasi Darat Terbatas di Lebanon, Hizbullah: Pertempuran Bakal Lama

Mikati juga menyatakan kalau Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri meyakinkannya bahwa setelah gencatan senjata tercapai, parlemen akan bersidang untuk memilih presiden baru.

Jabatan presiden telah kosong sejak Oktober 2022, ketika masa jabatan Michel Aoun berakhir.

Parlemen Lebanon telah berupaya tetapi gagal lebih dari selusin kali untuk menyetujui penggantinya.

Perdana Menteri Mikati juga mengonfirmasi kesiapan Lebanon untuk mengerahkan tentaranya di selatan Sungai Litani segera setelah gencatan senjata tercapai.

Pada tanggal 25 September, AS beserta sekutu-sekutunya di Barat dan Arab merilis pernyataan yang menyerukan gencatan senjata selama tiga minggu antara Hizbullah dan Israel.

Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, UEA, Inggris, dan Qatar semuanya menandatangani pernyataan tersebut, yang menurut mereka akan memungkinkan dilakukannya negosiasi yang mendorong Hizbullah untuk mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, serta mencapai gencatan senjata di Gaza.

"Sudah saatnya untuk menyelesaikan penyelesaian diplomatik yang memungkinkan warga sipil di kedua sisi perbatasan untuk kembali ke rumah mereka dengan aman," kata pernyataan tersebut.

Para pemimpin politik Israel dengan cepat menolak seruan gencatan senjata tersebut.

"Tidak akan ada gencatan senjata di wilayah utara. Kami akan terus berjuang melawan organisasi teroris Hizbullah dengan sekuat tenaga hingga kemenangan dan warga di wilayah utara dapat kembali ke rumah mereka dengan aman," kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, melalui media sosial pada tanggal 26 September. Israel kemudian melancarkan operasi pengeboman besar-besaran yang berhasil menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan pemimpin gerakan perlawanan Lebanon lainnya pada 27 September.

Militer Israel dilaporkan tengah mempersiapkan invasi darat ke Lebanon selatan.

Resolusi PBB 1701 disahkan setelah perang tahun 2006 antara Hizbullah dan Israel.

Resolusi tersebut menyerukan agar pasukan Israel mundur sepenuhnya dari Lebanon selatan, agar Hizbullah menarik pasukannya ke daerah-daerah di balik Sungai Litani, dan agar tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, dikerahkan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.

Baca juga: Mau Caplok Wilayah Lebanon, Israel: Sungai Litani Dianggap Sebagai Perbatasan Utara Kami

Nasrallah Terbunuh, Hizbullah Janji Terus Berjuang Perangi Israel

Pemimpin sementara Hizbullah, Naim Kassem, berjanji untuk terus memerangi Israel, Senin (30/9/2024).

Naim Kassem mengatakan, kelompok militan Lebanon itu siap untuk pertempuran panjang, bahkan setelah sebagian besar komando atasnya dihancurkan, termasuk pemimpinnya, Hassan Nasrallah.

Adapun serangan Israel telah menewaskan Hassan Nasrallah dan enam komandan serta pejabat tingginya dalam 10 hari terakhir.

Lebih dari 1.000 orang telah tewas di negara itu dalam dua minggu terakhir, hampir seperempatnya adalah wanita dan anak-anak.

Naim Kassem mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi bahwa jika Israel memutuskan untuk melancarkan serangan darat, para pejuang kelompok itu siap.

Kassem mengatakan para komandan Hizbullah yang tewas telah diganti.

"Israel tidak mampu memengaruhi kemampuan (militer) kami," kata Kassem, Senin, dikutip dari AP News.

"Ada wakil komandan dan ada pengganti jika ada komandan yang terluka di pos mana pun," lanjutnya.

Pada Senin pagi, serangan udara menghantam sebuah bangunan perumahan di pusat kota Beirut.

Serangan itu menghancurkan satu apartemen, merusak beberapa lainnya, dan menewaskan tiga militan Palestina.

Sebagai informasi, Naim Kassem merupakan seorang anggota pendiri kelompok militan yang telah lama menjadi wakil Nasrallah.

Baca juga: Teror dan Ancaman Israel di Bandara Beirut Halangi Pesawat Iran untuk Mendarat

Naim Kassem akan tetap menjabat sebagai pejabat sementara hingga pimpinan kelompok tersebut memilih penggantinya.

Orang yang diperkirakan akan menduduki jabatan teratas adalah Hashem Safieddine, sepupu Nasrallah yang mengawasi urusan politik Hizbullah.

Israel Memburu Nasrallah

Dilansir Arab News, berikut ini yang diketahui tentang bagaimana Israel mengerahkan sumber daya intelijennya untuk melakukan serangan yang menewaskan Hassan Nasrallah:

Kampanye Israel yang relatif berskala rendah terhadap Hizbullah meningkat secara dramatis pada 17 September 2024 dengan serangan sabotase pada pager yang digunakan oleh Hizbullah, diikuti keesokan harinya oleh ledakan yang menargetkan radio dua arah kelompok itu.

Analis mengatakan operasi itu mencerminkan langkah besar oleh kelompok intelijen sinyal Unit 8200 Israel dalam menembus perangkat komunikasi Hizbullah.

Pada Februari 2024, Nasrallah sendiri memperingatkan bahwa "ponsel yang Anda pegang di tangan Anda adalah alat mata-mata," yang mendorong penggunaan pager yang kemudian dijadikan senjata.

Namun, juru bicara militer Letnan Kolonel Nadav Shoshani mengatakan kepada wartawan bahwa pengumpulan intelijen yang menyebabkan serangan Beirut pada Jumat (27/9/2024) terhadap Nasrallah sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu.

"Kami telah menggunakan intelijen yang telah kami kumpulkan selama bertahun-tahun, dan kami memiliki informasi waktu nyata, dan kami melakukan serangan ini," katanya.

Baca juga: PM Najib Mikati Siap Kirim Tentara Lebanon ke Selatan Sungai Litani, Berharap Israel Mundur

Diketahui, serangan gencar Israel di Lebanon menewaskan tujuh komandan dan pejabat tinggi dari kelompok militan Hizbullah, dalam waktu seminggu.

Hizbullah telah membuka front untuk mendukung sekutunya, Hamas, di Jalur Gaza sehari setelah serangan mendadak kelompok Palestina itu ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

Serangan baru-baru ini di Lebanon dan pembunuhan Hassan Nasrallah merupakan eskalasi signifikan dalam perang di Timur Tengah, kali ini antara Israel dan Hizbullah.

Terbaru, pada Minggu (29/9/2024), Hizbullah mengonfirmasi tewasnya pejabat tinggi Nabil Kaouk dalam serangan udara Israel.

Asap mengepul setelah serangan Israel terhadap desa-desa dekat kota Tyre di Lebanon selatan pada 29 September 2024. (AFP/KAWNAT HAJU)

Update Perang Israel-Hamas

Diberitakan Al Jazeera, Israel telah mengebom wilayah Kola di Beirut dalam serangan pertamanya terhadap ibu kota Lebanon di luar pinggiran selatan, menewaskan tiga anggota kelompok Front Populer untuk Pembebasan Palestina.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel telah menewaskan 105 orang dalam 24 jam terakhir sementara jet militer terus membombardir seluruh negeri.

Israel juga melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 28 orang dalam satu hari terakhir.

Angkatan Udara Israel telah menargetkan pembangkit listrik dan pelabuhan di kota pelabuhan Yaman, Hodeidah dan Ras Isa, menewaskan sedikitnya empat orang.

Setidaknya lima orang tewas setelah jet tempur Israel melancarkan gelombang serangan terhadap lokasi di Lembah Bekaa di Lebanon selatan, tempat yang diklaim sebagai tempat penyimpanan senjata Hizbullah.

Baca juga: Israel Bunuh Pemimpin Perlawanan Palestina di Lebanon, Serangan Israel Tewaskan 3 Pemimpin PFLP

Front Populer untuk Pembebasan Palestina mengatakan tiga anggota seniornya tewas dalam serangan Israel di wilayah Kola di pusat Beirut, Senin pagi.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel di distrik selatan Marjayoun dan Nabatieh menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai sekitar 40 lainnya dalam 24 jam terakhir.

Di Gaza, militer Israel mengklaim telah mengebom sebuah sekolah yang menampung para pengungsi di Beit Lahiya karena sekolah tersebut digunakan sebagai “pusat komando dan kendali” Hamas. Dua orang tewas dalam serangan itu.

Di Gaza, sebanyak 41.595 orang tewas dan 96.251 orang terluka akibat serangan Israel sejak Oktober 2023.

Di Israel, sebanyak 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober dan lebih dari 200 orang ditawan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini