TRIBUNNEWS.COM - Roket yang ditembakkan Iran dilaporkan menghantam tepat di luar markas besar Mossad di Israel.
Koresponden Urusan Luar Negeri dan Pertahanan untuk jaringan televisi Public Broadcasting Service (PBS), Nick Schifrin, melaporkan insiden di mana roket Iran menghantam tepat di luar markas besar Mossad di Israel.
Menurutnya, jarak serangan yang begitu dekat dengan lokasi badan intelijen dapat diartikan sebagai pesan yang jelas dari Iran.
"(Serangan ini) mengisyaratkan bahwa kemampuan intelijen dan jangkauan rudalnya dapat menargetkan aset strategis Israel, termasuk Mossad," lapornya, seperti dikutip Middle East Eye dari unggahan X Schifrin.
Iran meluncurkan sedikitnya 180 rudal ke Israel pada hari Selasa (1/10/2024).
Cahaya jingga dari rudal melesat di langit malam Israel, di saat bersamaan, sirene serangan udara meraung.
Para penduduk berlarian ke tempat perlindungan bom.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan pertahanan udara negara itu berhasil mencegat banyak rudal Iran yang masuk, meskipun beberapa mendarat di Israel bagian tengah dan selatan.
Layanan penyelamatan nasional Israel mengatakan dua orang terluka ringan akibat pecahan peluru.
Di Tepi Barat, pejabat Palestina mengatakan seorang pria Palestina tewas akibat rudal yang jatuh di dekat kota Jericho, meskipun tidak jelas dari mana serangan itu berasal.
Mengomentari eskalasi Iran, Israel bersumpah akan membalas serangan tersebut, yang menurutnya hanya menyebabkan beberapa orang terluka, AP News melaporkan.
Baca juga: Reaksi Dunia atas Serangan Rudal Iran Terhadap Israel
Iran mengaku serangan ke Israel sebagai bentuk solidaritasnya terhadap Gaza, yang digempur habis-habisan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sejak 7 Oktober 2023.
Sebelum serangan Iran, dalam beberapa minggu terakhir Israel telah melancarkan serangkaian serangan dahsyat terhadap pimpinan Hizbullah di Lebanon.
Israel kemudian meningkatkan tekanan terhadap kelompok militan yang didukung Iran tersebut, dengan meluncurkan apa yang disebutnya sebagai serangan darat terbatas di Lebanon selatan.