TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei rupanya sempat memperingatkan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah untuk melarikan diri dari Lebanon, beberapa hari sebelum ia terbunuh dalam serangan Israel.
Setelah ledakan massal pager Hizbullah pada 17 September, Khamenei mengirim pesan bersama seorang utusan untuk meminta Nasrallah agar pergi ke Iran, menurut pejabat senior Iran kepada Reuters.
Khamenei mendengar laporan intelijen bahwa Israel memiliki operasi di dalam Hizbullah dan berencana untuk membunuh Nasrallah.
Pejabat itu berkata bahwa utusan yang dimaksud adalah seorang komandan senior Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan.
Nilforoushan tewas bersama Nasrallah.
Saat ini, Khamenei dipindahkan ke lokasi yang aman di Iran, Reuters melaporkan, mengutip dua pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya.
Pejabat itu juga mengatakan Iran sedang berkomunikasi dengan Hizbullah dan kelompok proksi regional lainnya untuk menentukan langkah selanjutnya setelah pembunuhan Nasrallah.
Dalam sebuah pernyataan, Ali Khamenei berjanji akan membalas kematian pejuang yang mati syahid, setelah Hassan Nasrallah tewas akibat serangan Israel.
"Nasib wilayah ini akan ditentukan oleh kekuatan perlawanan, dengan Hizbullah di garis depan,” ujarnya, mengutip The Times of Israel, Minggu (29/9/2024).
"Darah orang yang meninggal syahid tidak akan tidak terbalaskan."
Sosok Abbas Nilforoushan, Komandan IRGC di Lebanon yang Tewas Bersama Hassan Nasrallah
Iran mengonfirmasi bahwa Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, Wakil Komandan Garda Revolusi (IRGC) di Lebanon, tewas bersama pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan udara Israel di Beirut pada hari Jumat (27/9/2024).
Mengutip Iran International, Kepala Organisasi Peradilan Angkatan Bersenjata Iran mengonfirmasi kematian Nilforoushan pada hari Sabtu, dengan mengatakan:
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei: Kehadiran AS dan Eropa di Timur Tengah adalah Penyebab Perang
"Kami menganggap pengejaran keadilan bagi martir ini sebagai hak Republik Islam Iran berdasarkan konvensi hukum internasional."
Lahir di Isfahan, Iran, pada tahun 1966, Nilforoushan memulai aktivitas militernya pada tahun 1980-an dengan bergabung dengan Basij dan kemudian IRGC.
Ia memegang berbagai posisi, termasuk Wakil Komandan Pasukan Darat IRGC untuk Operasi.
Media Iran Student News Network (SNN) menyebut, Nilforoushan sebagai “tokoh kunci” dengan pengalaman luas di medan perang yang memainkan peran penting dalam mendukung Poros Perlawanan, termasuk Hizbullah di Lebanon dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, membantu memperkuat kemampuan mereka melawan Israel.
Setelah Jenderal IRGC Mohammad Reza Zahedi tewas dalam serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus pada bulan April lalu, Nilforoushan dipercaya mengambil alih komando garis depan Lebanon, menurut situs web Fararu yang berbasis di Teheran.
Pengamat: pemilihan pengganti Nasrallah bisa menjadi hal yang sulit
Menurut Nicholas Blanford, peneliti senior di Program Timur Tengah di Atlantic Council, kematian Nasrallah akan memberikan pukulan telak bagi moral Hizbullah.
Ditambah lagi, Israel telah merusak infrastruktur militer kelompok itu dan menewaskan beberapa komandan utamanya.
Secara teknis, seperti yang terjadi segera setelah pembunuhan pendahulu Nasrallah, Abbas Musawi, pada tahun 1992, Dewan Syura yang memimpin partai itu harus bersidang dan memilih sekretaris jenderal baru.
Sosok yang selama ini dianggap sebagai favorit adalah Hashem Safieddine, kepala dewan eksekutif Hizbullah sekaligus sepupu Nasrallah.
Hizbullah adalah lembaga yang kuat dengan rantai komando yang solid, yang seharusnya memastikan keberlanjutan di tingkat kepemimpinan.
Namun, faktor yang belum diketahui adalah siapa saja di jajaran atas Hizbullah yang tewas bersama Nasrallah.
Jika pemimpin penting lainnya juga terbunuh, hal itu dapat mempersulit proses pemulihan seluruh organisasi, yang berpotensi membuat kelompok tersebut rentan terhadap langkah Israel selanjutnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)