TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) memperingatkan Iran di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (2/10/2024) agar tidak menargetkan AS dan Israel.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan tindakan AS yang menembak beberapa rudal Iran adalah tindakan defensif untuk melindungi sekutunya, Israel.
"Tindakan kami bersifat defensif," kata Linda Thomas-Greenfield kepada Dewan Keamanan PBB, Rabu (2/10/2024).
"Saya tegaskan, rezim Iran akan bertanggung jawab atas tindakannya. Dan kami sangat memperingatkan Iran – atau proksinya – agar tidak mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat, atau tindakan lebih lanjut terhadap Israel," katanya.
Sebelumnya, Iran meluncurkan 180 rudal dalam serangan balasannya terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024) malam, yang menargetkan pangkalan Mossad, pangkalan udara Hatzrim dan Nevatim, radar, dan pusat perakitan tank Israel.
Serangan balasan itu untuk merespons Israel atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan sejumlah petinggi militer Garda Revolusi Iran (IRGC).
Tentara Israel (IDF) mengakui beberapa rudal menghantam pangkalan udaranya, namun mengklaim rudal-rudal itu dicegat oleh Israel dan koalisi pertahanan yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
"Ada sejumlah kecil serangan di pusat Israel, dan beberapa serangan lainnya di Israel selatan," kata juru bicara IDF, Daniel Hagari, pada Rabu (2/10/2024).
"Mayoritas rudal yang masuk dicegat oleh Israel dan koalisi pertahanan yang dipimpin oleh Amerika Serikat," lanjutnya, seperti diberitakan BBC.
Israel Invasi Lebanon Selatan
Israel meluncurkan serangan skala besar dan membunuh pemimpin Hizbullah Lebanon, Sekretaris Jenderal Hassan Nasrallah pada Jumat (27/9/2024), yang disusul invasi darat di Lebanon selatan.
Baca juga: Hizbullah Membunuh Lebih dari Selusin Tentara Israel yang Berusaha Menyerang Lebanon Selatan
Lebih dari 1.900 orang tewas dan lebih dari 9.000 orang terluka di Lebanon akibat pertempuran lintas perbatasan antara Israel dan Hizbullah sejak 8 Oktober 2023.
Hizbullah terlibat pertempuran dengan Israel untuk memberikan dukungan kepada perlawanan Palestina di Jalur Gaza, Hamas, dan berjanji akan mundur jika Israel dan Hamas mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.689 jiwa dan 96.625 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (3/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel