TRIBUNNEWS.COM – Seorang mantan analis dinas intelijen Amerika Serikat (AS) atau CIA bernama Larry Johnson menyebut sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel sebagai suatu “kegagalan”.
Johnson mengklaim rudal-rudal yang ditembakkan Iran pada Selasa malam, (1/10/2024), berhasil menembus Iron Dome.
“Saya sudah melihat videonya dan Anda bisa melihat rudal terus menghujani [Israel] dan menghantam target. Israel melarang pemberitaan,” ujar Johnson dikutip dari Spunik News.
Dia mengatakan Israel tak ingin warganya mengetahui apa yang telah terjadi.
Iran, menurut Johnson, sudah memastikan rudalnya tidak akan menghantam warga sipil Israel.
“Mereka [Iran] tak akan bertindak seperti Israel. Mereka benar-benar memikirkan diri mereka, jika Anda akan melakukannya, lebih manusiawi, lebih terhormat, dan oleh kebajikan tindakan mereka, saya pikir mereka bisa melakukan hal itu.”
Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) mengatakan serangan ke Israel itu adalah balasan atas serangan Israel yang menewaskan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah.
Johnson menyebut Iran terpaksa menyerang Israel karena AS hanya memberikan jaminan palsu. Jaminan itu ialah bahwa Israel akan berhenti menyerang tetangganya setelah membunuh Haniyeh.
Pada bulan April lalu Iran juga menyerang Israel setelah negara Zionis itu mengebom Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah. Serangan itu menewaskan dua jenderal Iran.
Iran menyebut serangan bulan April sebagai Operasi Janji Sejati, sedangkan serangan terbaru beberapa hari lalu sebagai Operasi Janji Sejati II.
Operasi yang terakhir ini lebih besar daripada operasi sebelumnya yang memperlihatkan ditangkisnya sebagian besar rudal dan pesawat nirawak (drone) Iran oleh Iron Dome.
Baca juga: Presiden Iran Olok-Olok Pertahanan Zionis, Sebut Iron Dome Israel Lebih Rapuh daripada Kaca
Dalam serangan pada Selasa malam, Iran dilaporkan sukses menyerang target-target militer Israel, termasuk pangkalan udara yang menjadi kandang jet tempur F-35 buatan AS.
Johnson menyebut jet itu akan menjadi senjata penting dalam setiap invasi Israel ke Lebanon.
Dia membandingkan Iron Dome dengan sistem pertahanan udara Patriot milik AS. Menurut dia, AS tidak mampu mengisi kembali sistem itu dengan cepat sehingga memungkinkan Israel untuk menghadapi perang atrisi jangka panjang.