Selain itu, jaringan terowongan rumit yang dibangun oleh Hizbullah memberikan keuntungan strategis, yang memungkinkan penyergapan yang cepat dan efektif.
Baca juga: Jaringan Terowongan Hizbullah Lebih Luas Dibanding Punya Hamas: Suplai Senjata dari Iran Lancar Jaya
Pengaturan ini memungkinkan mereka untuk melancarkan serangan besar tanpa terdeteksi.
Sebaliknya, pasukan Israel merasa sulit untuk memanfaatkan daya tembak mereka yang unggul dan teknologi canggih di lingkungan yang sempit dan tidak dapat diakses ini, yang membatasi fleksibilitas dan dampak operasional mereka.
Alhasil, tank Merkava kebanggaan IDF seolah tak berdaya di situasi seperti ini.
Penggunaan taktik asimetris oleh Hizbullah semakin mempersulit situasi bagi Israel.
Operasi-operasi ini meliputi penyergapan mendadak dan serangan rudal antitank dari lokasi-lokasi yang sulit dideteksi, sehingga mempersulit upaya untuk menemukan dan menetralisir ancaman.
Dengan membaur dalam lingkungan sipil dan perkotaan, para pejuang Hizbullah secara efektif menghindari bentrokan langsung, di mana tank-tank dan pesawat-pesawat canggih Israel biasanya menang.
Hal ini memaksa pasukan Israel terlibat dalam pertempuran yang berlarut-larut dan sulit di Lebanon selatan, di mana musuh mendiktekan ketentuan-ketentuan pertempuran.
Elemen penting dalam persenjataan Hizbullah adalah sistem persenjataan antitank Kornet.
Rudal buatan Rusia ini, yang diangkut melalui Suriah, telah menunjukkan kemampuan yang tangguh terhadap tank tempur modern, termasuk Merkava milik Israel, yang menggarisbawahi potensinya untuk melumpuhkan kendaraan lapis baja milik Barat.
Sistem Kornet dipersenjatai dengan hulu ledak tangguh yang mampu menembus lapisan baja aktif dan pasif, sehingga menjadi tantangan signifikan bagi tank yang dianggap sangat tangguh. Pada tahun 2006, selama pengalaman Israel, terbukti bahwa bahkan tank paling canggih pun rentan terhadap persenjataan antitank modern.
Selain itu, sistem Kornet telah membuktikan kemampuannya beradaptasi di berbagai medan perang seperti Ukraina, di mana ia telah digunakan secara efektif melawan tank M1 Abrams Amerika, Leopard 2 Jerman, dan tank Challenger Inggris.
Sistem antitank ini tidak hanya memiliki jangkauan yang jauh tetapi juga presisi untuk menargetkan secara efektif, bahkan dalam kondisi yang menantang.
Keberhasilan Kornet ini menyoroti kebutuhan dalam peperangan kontemporer untuk tidak hanya menjaga kendaraan lapis baja tetapi juga merancang strategi balasan terhadap teknologi anti-tank canggih yang secara signifikan mengurangi dominasi unit lapis baja dalam skenario pertempuran.