News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Jubir Hamas Abu Ubaida: Poros Perlawanan Kuras Kekuatan Militer Israel dari Berbagai Arah

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jubir sayap militer Hamas Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida muncul dalam video yang dirilis pada Senin (7/10/2024) untuk memperingati satu tahun Operasi Banjir Al-Aqsa.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida mengonfirmasi poros perlawanan telah menguras kekuatan militer Israel.

"Operasi perlawanan menghabiskan kemampuan keamanan dan pertahanan musuh (Israel), menimbulkan kerugian ekonomi dan memaksa dia dideportasi," kata Abu Ubaida dalam video yang dirilis pada Senin (7/10/2024) untuk memperingati satu tahun Operasi Banjir Al-Aqsa.

Ia juga memuji Iran yang melakukan serangan balasan terhadap Israel pada Senin (1/10/2024) untuk membalas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh dan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah.

“Setahun setelah dimulainya banjir Al-Aqsa, Republik Islam Iran menepati Janji Sejati untuk membalas musuh (Israel) seiring berjalannya waktu," ujarnya.

Ia menekankan Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi setelah agresi Israel terhadap Al-Aqsa mencapai tahap berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Termasuk, setelah Israel melakukan penetrasi ke pemukiman, Yudaisasi, dan agresi terhadap ribuan warga Palestina di penjara-penjara Israel, seperti diberitakan Al Quds.

Hamas: Zionis, Orang Buangan yang Dibantu AS dan Barat

Abu Ubaida mengatakan entitas Zionis yang mendirikan Israel adalah orang-orang buangan yang merampas kebebasan rakyat Palestina.

Juru bicara sayap militer Hamas itu menyebut AS dan Barat sebagai sekutu Israel yang membantu negara tersebut melakukan kejahatan di Palestina.

“Entitas Zionis hidup sebagai orang buangan dari semua bangsa di bumi, dan setelah satu tahun berlalu kita menghadapi rakyat Palestina yang legendaris dengan ketabahan meskipun ada pengkhianatan dan kebrutalan musuh yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Barat," kata Abu Ubaida.

"Setahun dan kami masih berjuang dalam pertempuran yang tidak seimbang, musuh kriminal yang tidak memiliki keraguan untuk melakukan semua kejahatan, mujahidin kami dan perlawanan rakyat kami melanjutkan ketabahan heroik mereka di setiap inci dari Jalur Gaza," lanjutnya.

Baca juga: Setahun Perang Israel-Hamas, Hubungan Uni Eropa-Israel Tegang

Ia mengatakan para mujahidin Brigade Al-Qassam berhasil menembak ribuan tentara Israel dan merusak kendaraan militer mereka.

“Kami menembak jatuh ribuan tentara musuh (Israel) hingga tewas dan terluka serta membuat ratusan kendaraan militer (Israel) tidak dapat digunakan lagi. Pilihan kami adalah melanjutkan pertempuran yang panjang dan menyakitkan melawan musuh, dan pertempuran tersebut telah membuktikan keberhasilannya," ujarnya.

"Musuh yang arogan tidak memahami pelajaran sejarah, fakta realitas, atau budaya masyarakat dan bangsa kita," lanjutnya.

Kematian Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah

Abu Ubaida menegaskan, pembunuhan Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah tidak akan mengurangi keberanian poros perlawanan.

“Kemartiran dua komandan besar, Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah, adalah bukti nyata kurangnya pemahaman musuh tentang sifat perlawanan pendudukan akan berakhir,” kata Abu Ubaida.

Ia yakin kematian mereka akan menumbuhkan lebih banyak perlawanan.

"Tanah ini menumbuhkan perlawanan seperti halnya tanah itu menanam zaitun dan mewariskannya dari generasi ke generasi, dari generasi ke generasi," lanjutnya.

Menurutnya, Israel hanya akan bersenang-senang dalam waktu singkat setelah membunuh kedua pemimpin tersebut.

"Apa yang terjadi di wilayah ini saat ini dalam hal operasi dukungan untuk perlawanan di Gaza adalah hal yang berharga dan besar di mata rakyat kita, dan kegembiraan musuh atas pembunuhan tersebut hanya akan berumur pendek," kata Abu Ubaida, dikutip dari Shafaqna Tunisia.

"Jika pembunuhan tersebut terjadi jika menang, maka perlawanan akan berakhir sejak terbunuhnya Izzuddin al-Qassam," ujarnya, merujuk pada pejuang Palestina yang menentang Mandat Inggris untuk mendirikan Israel di Palestina pada tahun 1920-1930an.

Hamas Memuji Houthi

Abu Ubaida mengapresiasi dukungan gerakan Ansar Allah Houthi di Yaman yang bergabung dalam perlawanan di Jalur Gaza dengan menargetkan Israel.

“Kami sangat bangga dengan gerakan rakyat yang besar di Yaman yang merdeka dan kami menghargai gerakan semua masyarakat yang bersaudara dan bersahabat di seluruh dunia selama setahun penuh kami telah berjuang dalam pertempuran yang tidak setara melawan musuh kriminal,” kata Abu Ubaida.

"Musuh hanya memahami bahasa kekerasan dan senjata hanya dapat dilawan dengan senjata, dan Operasi Jaffa baru-baru ini hanyalah satu episode dari apa yang akan terjadi. Ini akan menjadi lebih sulit, Insya Allah," katanya, merujuk pada operasi Houthi yang menargetkan Jaffa (Tel Aviv) yang diduduki.

Serangan Israel di Jalur Gaza memasuki tahun kedua, dan telah meluas ke Lebanon selatan ketika Israel mengklaim menargetkan Hizbullah yang mendukung Hamas.

Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.

Pada Selasa (1/10/2024) malam, Iran meluncurkan 180 rudal yang menargetkan pangkalan Mossad, pangkalan udara Hatzrim dan Nevatim, radar, dan pusat perakitan tank Israel untuk membalas pembunuhan Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.870 jiwa dan 97.166 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (6/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari AFP.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini