News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusia Kembali Serang Ukraina dengan Drone dan Rudal

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rusia Kembali Serang Ukraina dengan Drone dan Rudal

Minggu (6/10), Rusia kembali menyerang Ukraina dengan 87 pesawat tak berawak Shahed dan empat jenis rudal. Melansir AP, Gubernur Oleh Syniehubov menyatakan bahwa seorang pria berusia 49 tahun dilaporkan tewas di wilayah Kharkiv setelah mobilnya dihantam pesawat tak berawak. Para pejabat melaporkan, sebuah pipa gas juga rusak dan sebuah gudang terbakar di kota Odesa.

Angkatan udara Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pertahanan udara telah menghancurkan 56 dari 87 drone dan dua rudal di atas 14 wilayah Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv.

Sebanyak 25 drone lainnya menghilang dari radar "mungkin sebagai kesuksesan dari pertahanan rudal anti-pesawat,” kata pernyataan itu.

Serangan ini terjadi sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa ia akan mempresentasikan "rencana kemenangannya” pada pertemuan 12 Oktober di Ramstein, Jerman, dengan kelompok negara pemasok senjata bagi Ukraina.

Kamala sebut jika jadi presiden, tak ada perundingan dengan Putin tanpa kehadiran Ukraina

Senin (7/10), calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa jika terpilih sebagai presiden, ia tidak akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan perundingan perdamaian jika Ukraina tidak diikutsertakan.

“Tidak secara bilateral tanpa Ukraina, tidak. Ukraina harus memiliki suara untuk masa depan Ukraina,” ujar wakil presiden AS tersebut dalam program ‘60 Minutes’ di CBS ketika ditanya apakah ia akan bertemu empat mata dengan pemimpin Rusia tersebut untuk merundingkan akhir dari perang.

Pemerintahan Presiden Joe Biden sebelumnya telah menolak pembicaraan dengan Putin. Harris juga mengulangi kritiknya terhadap kebijakan saingannya dari Partai Republik, Donald Trump, di Ukraina, dan menggambarkannya sebagai “menyerah” pada invasi yang dilancarkan Moskow pada Februari 2022.

Trump sebelumnya telah mengkritik bantuan militer dan keuangan besar-besaran dari Washington untuk Ukraina dan bersikeras bahwa ia dapat dengan cepat mencapai kesepakatan damai dengan Putin.

“Donald Trump, jika ia menjadi presiden, Putin akan duduk di Kyiv sekarang. Dia berbicara tentang, 'Oh, dia bisa mengakhirinya pada hari pertama. Anda tahu apa itu? Ini tentang menyerah,” katanya.

Melansir AFP, Kyiv disebut khawatir kesepakatan semacam itu akan melibatkan penyerahan wilayah di Ukraina timur yang telah direbut Rusia sejak invasi.

Sementara itu, Harris mengatakan bahwa dia akan menangani tawaran Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer NATO “jika dan ketika sampai pada titik itu.”

Ribuan warga sipil tewas dalam perang Rusia-Ukraina

Putin, yang memerintahkan invasi Ukraina pada 2022, menang telak dalam pemilihan umum pada Maret lalu. Jika bisa menyelesaikan masa jabatannya yang baru selama enam tahun, Putin akan menjadi pemimpin terlama di Rusia - dalam kurun 200 tahun sejak Tsar dan permaisurinya memerintah negara itu.

Melansir Reuters, kemenangan Putin dalam pemilu semakin memperkuat kekuasaannya, dan dianggap akan menunjukkan bahwa Moskow telah bertindak dengan tepat dengan melawan Barat dan mengirim pasukannya ke Ukraina.

Barat menganggap Putin sebagai seorang otokrat dan pembunuh. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pun menyebut pemungutan suara pada bulan Maret itu tidak sah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini