Hizbullah Sebut Israel Gunakan Pasukan PBB Sebagai Tameng Manusia di Lebanon Selatan
TRIBUNNEWS.COM- Hizbullah telah memerintahkan para pejuangnya untuk tidak menyerang pasukan Israel yang mendirikan pangkalan operasi terdepan di belakang pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) di dekat desa perbatasan Lebanon, yang secara efektif menggunakan mereka sebagai perisai manusia.
"Israel berupaya menggunakan pasukan UNIFIL sebagai tameng manusia untuk menutupi kegagalannya maju ke desa tersebut, terutama setelah upaya berulang kali namun tidak berhasil maju ke Maroun al-Ras dan hilangnya puluhan prajuritnya, baik yang tewas maupun yang terluka," demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh gerakan perlawanan Islam tersebut pada tanggal 7 Oktober.
“Ruang operasi Perlawanan Islam memerintahkan para pejuang untuk menahan diri dan tidak terlibat dengan gerakan tersebut demi melindungi nyawa tentara internasional,” tambah pernyataan itu.
Sehari sebelumnya, UNIFIL telah memperingatkan bahwa operasi Israel di dekat posisi mereka di Maroun al-Ras merupakan perkembangan yang sangat berbahaya.
“Tidak dapat diterima jika keselamatan pasukan penjaga perdamaian PBB yang sedang melaksanakan tugas yang diamanatkan Dewan Keamanan dikompromikan,” demikian pernyataan UNIFIL seraya mengingatkan semua pihak yang bertikai akan kewajiban mereka untuk melindungi personel dan properti PBB.
Pada hari Sabtu, UNIFIL mengatakan pasukannya tetap berada di semua posisi dekat perbatasan meskipun ada permintaan Israel untuk “pindah lokasi.”
Menanggapi penolakan pasukan penjaga perdamaian, penasihat kebijakan luar negeri AS Matthew Brodsky menyarankan dalam sebuah posting di X, “Israel harus mengebom area Irlandia dengan bom karpet, lalu menjatuhkan Napalm di sana.”
Pejuang Hizbullah melawan invasi darat Israel yang dimulai minggu lalu.
Pada hari Senin, pejuang Hizbullah menyerang tempat berkumpulnya pasukan Israel di Maroun al-Ras dengan roket, sementara tentara Israel mengatakan telah mengerahkan divisi ketiga untuk berpartisipasi dalam operasi darat di Lebanon.
Manuver darat Israel mengikuti kampanye pengeboman intensif di Lebanon yang dimulai pada 23 September.
Israel telah mengebom target-target di Lebanon selatan, Lembah Bekaa, dan sekitar Beirut, menewaskan lebih dari 1.110 orang sejak saat itu.
Pengeboman yang meluas terhadap rumah-rumah warga sipil telah menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi di dalam negeri.
Hizbullah merilis sebuah pernyataan pada hari Senin, peringatan satu tahun Operasi Banjir Al-Aqsa Hamas, yang menyatakan bahwa Hizbullah dan rakyat Lebanon telah membayar harga yang mahal atas keputusannya untuk memasuki pertempuran melawan Israel dan membuka front dukungan bagi Gaza.
“Musuh terus melancarkan kejahatan dan agresinya tanpa batas, namun kami yakin, insya Allah, akan kemampuan perlawanan kami untuk menangkal agresi tersebut, dan yakin akan kemampuan rakyat kami yang besar dan tangguh untuk bertahan dan terus berjuang hingga musibah ini berakhir,” tegas pernyataan itu.
SUMBER: THE CRADLE