TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, Kamis (10/10/2024).
Lloyd Austin dan Yoav Gallant membahas operasi Israel di Lebanon.
Sekretaris Pers Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, mengungkapkan Lloyd Austin menegaskan kembali dukungan kuat terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri.
Lloyd Austin juga menegaskan kembali komitmen AS terhadap pengaturan diplomatik yang aman untuk memulangkan warga sipil Lebanon dan Israel ke rumah mereka di kedua sisi perbatasan.
Diberitakan AP News, Austin disebut menekankan pentingnya memastikan keselamatan pasukan UNIFIL di wilayah tersebut.
"Mendesak Israel untuk beralih dari operasi militer ke jalur diplomatik sesegera mungkin," kata Pat Ryder sebagaimana pernyataan Austin.
Sebelumnya, serangan udara Israel menghantam markas besar pasukan penjaga perdamaian PBB dan posisi lain di Lebanon selatan dalam beberapa hari terakhir, yang memicu kecaman luas dari seluruh dunia.
Pasukan yang dikenal sebagai UNIFIL, mengatakan ledakan menghantam markas besarnya pada Jumat (11/10/2024) pagi, dan melukai dua penjaga perdamaian.
60 Orang Tewas
Sementara itu, unit tanggap krisis Lebanon mengumumkan sebanyak 60 orang tewas dan 168 orang terluka dalam 24 jam terakhir pada Jumat (11/10/2024).
Sehingga total korban selama konflik setahun terakhir antara Israel dan Hizbullah menjadi 2.229 orang tewas dan 10.380 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Baca juga: Ledakan Keras di Tel Aviv, Drone Lebanon Hantam Bangunan di Herzliya, Iron Dome Israel Gagal Cegah
Jumlah korban tewas jauh lebih tinggi dari hari-hari sebelumnya, dengan 22 orang tewas dan 117 orang terluka dalam dua serangan Israel di dua lokasi di pusat kota Beirut.
Serangan itu menyebabkan runtuhnya dua bangunan tempat tinggal yang dihuni keluarga dan orang-orang yang mengungsi.
Laporan unit tanggap krisis juga mencatat 57 serangan udara dan insiden penembakan dalam satu hari terakhir, sebagian besar terkonsentrasi di Lebanon selatan, pinggiran selatan Beirut, dan Lembah Bekaa.
Sekitar 1.032 pusat — termasuk kompleks pendidikan, lembaga kejuruan, universitas, dan lembaga lainnya — menampung 187.000 orang, termasuk 39.000 keluarga, yang mengungsi akibat serangan Israel di Lebanon.