News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kaukasus Rusia di Ambang Perang Saudara, Pemimpin Chechnya Siap Deklarasikan Perseteruan Berdarah

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Dari kiri ke kanan, atas ke bawah) Ramzan Kadyrov, Suleyman Kerimov, Bekkhan Barakhoyev, Rizvan Kurbanov

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Chechnya atau Chechen, Ramzan Kadyrov, siap mendeklarasikan "perseteruan berdarah" terhadap tiga politisi dari wilayah Kaukasus Utara Rusia, yang memunculkan kemungkinan terjadinya bentrokan antaretnis yang signifikan, Irish Star melaporkan.

Ragam etnis Kaukasus Utara, yang sebagian besar beragama Islam, meliputi beberapa republik termasuk Chechnya, Dagestan, dan Ingushetia. 

Ketegangan yang sudah berlangsung lama antara Chechnya dan Dagestan, yang dipicu oleh perselisihan teritorial dan perbatasan, berada di ambang konflik.

Ramzan Kadyrov, yang dikenal karena pemerintahannya yang kejam, tampaknya memicu perselisihan terhadap republik-republik tetangga karena secara terbuka mengkonfrontasi dua politisi Dagestan dan satu politisi Ingushetia.

Kadyrov menuding senator Dagestan, Suleyman Kerimov, serta dua wakil Duma Negara, Bekkhan Barakhoyev, dari Ingushetia dan Rizvan Kurbanov dari Dagestan, merencanakan percobaan pembunuhan terhadapnya.

Dalam sebuah pertemuan dengan para pejabat tinggi, Kamis (10/10/2024), Kadyrov menyatakan: 

“Ada saksi mata, orang-orang yang mereka perintahkan [untuk melakukan pembunuhan], bertanya berapa jumlah yang mereka minta sebagai imbalan atas perintah tersebut,” kata Kadyrov, dikutip dari Politico.

"Jika mereka tidak dapat membuktikan sebaliknya, saya akan secara resmi menyatakan perseteruan berdarah."

Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov (kiri) adalah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) (Telegram/Ramzan Kadyrov @RKadyrov_95)

Anton Gerashchenko, yang pernah menjadi penasihat di Kementerian Dalam Negeri Ukraina, mengatakan pertikaian antara Suleyman Kerimov dan Ramzan Kadyrov adalah yang paling "serius" dalam satu dekade.

"Ada diskusi serius di Rusia yang dapat menyebabkan perang antara orang Chechen dan Dagestan," tulisnya di saluran media sosial X miliknya. 

Sebuah catatan dari Kementerian Dalam Negeri Dagestan mengatakan konflik berdarah yang diuraikan oleh pemimpin Chechnya dan tuduhan perencanaan pembunuhannya secara serius mengganggu situasi di Kaukasus Utara.

Baca juga: Vladimir Putin Cium Al Quran Saat Datang ke Masjid di Grozny Chechnya, Kadyrov Siap Kerahkan Pasukan

"Menurut analis politik yang dekat dengan Kremlin, tampaknya Moskow tidak lagi mampu memadamkan atau mengendalikan konflik ini," ungkap Gerashchenko.

"Ada rumor bahwa Garda Nasional Rusia dan pasukan Kementerian Dalam Negeri akan dikerahkan kembali ke Kaukasus Utara, dan ada kemungkinan juga bahwa kelompok tentara akan diperkuat."

Gerashchenko menyebut Kadyrov mungkin perlu memanggil kembali unit Akhmat dari Ukraina karena ketegangan tampaknya akan meningkat. 

Gesekan antara Chechnya dan Dagestan berkisar pada pertikaian teritorial yang sudah berlangsung lama.

Etnis Chechnya di Dagestan, yang berjumlah sekitar 16.000 orang, bersama dengan Kadyrov, telah mengintensifkan seruan agar Dagestan menghormati komitmennya untuk mengembalikan distrik Chechen kepada mereka pada akhir tahun 2024.

Namun, tindakan seperti itu kemungkinan mengharuskan pemerintah Dagestan untuk menggusur suku Avar dan Lak, yang menetap di sana setelah deportasi orang Chechen oleh Mantan Presiden Rusia Joseph Stalin pada tahun 1944.

Pejabat Dagestan khawatir bahwa tindakan seperti itu dapat mengganggu keseimbangan wilayah mereka, menyebabkan Grozny (ibu kota Chechnya) mengklaim wilayah Chechnya yang telah dibangun kembali oleh Dagestan, dan memicu kembali konflik perbatasan lainnya.

Peta wilayah Kaukasus Rusia (opendemocracy)

Penembakan di Wildberries

Dalam pertemuan yang sama, Kadyrov juga menuduh ketiganya bertanggung jawab atas penembakan pada bulan September lalu di kantor Wildberries di Moskow, retailer online terbesar di Rusia.

Dilansir POLITICO, ini adalah pertama kalinya Kadyrov, yang merupakan sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, mengomentari penembakan tersebut.

Penembakan itu menewaskan dua penjaga keamanan etnis Ingush.

Insiden itu terjadi dua bulan setelah penggabungan antara Wildberries dan firma swasta lain, Russ (diduga dimiliki oleh Suleyman Kerimov) dalam sebuah kesepakatan.

Media Rusia menyebut kesepakatan itu didukung oleh pemerintah Rusia.

Vladimir Bakalchuk, mantan suami CEO Wildberries, Tatyana Bakalchuk, menentang kesepakatan tersebut. 

Dengan dukungan Putin terhadap Tatyana Bakalchuk, Vladimir Bakalchuk bergabung dengan Kadyrov untuk memblokir merger tersebut.

Ia diduga menyerbu kantor tersebut bersama dengan orang-orang lain, termasuk beberapa orang Chechnya.

Vladimir Bakalchuk kemudian didakwa atas pembunuhan, tuduhan yang dibantahnya.

Kadyrov tidak pernah secara terbuka mengakui, anak buahnya terlibat dalam baku tembak tersebut. 

Sebaliknya, ia menggambarkan klaim tersebut sebagai upaya untuk menciptakan kericuhan satu sama lain dalam pertikaian dalam negeri.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini