TRIBUNNEWS.COM - Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Kamala Harris berjanji untuk mendekriminalisasi marijuana dan mereformasi kepolisian.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Harris dalam menggalang dukungan dari kalangan pria kulit hitam.
Rencana tersebut ia sampaikan melalui sebuah wawancara dengan pembawa acara radio Charlamagne tha God pada hari Selasa (15/10/2024).
Sebagai catatan, sosok Charlamagne merupakan seorang komedian dan penulis berkulit hitam yang memandu program radio "The Breakfast Club".
Ia dikenal karena wawancaranya yang blak-blakan dengan para selebritas.
Meskipun Charlamagne adalah pendukung Harris, ia pernah mengkritik Harris dan Presiden Joe Biden di masa lalu.
Dirinya menyebut Partai Demokrat sebagai "pengecut" karena tidak efektif dalam mengajukan tuntutan terhadap calon presiden Partai Republik, Donald Trump.
Lebih lanjut, dalam salah satu pertanyaan pertamanya,Charlamagne meminta Harris untuk menanggapi rumor bahwa Capres Partai Demokrat itu secara tidak proporsional memenjarakan pria kulit hitam selama lebih dari belasan tahun menjabat sebagai jaksa wilayah San Francisco.
"Itu sama sekali tidak benar," kata Harris, seraya menambahkan bahwa ia digambarkan sebagai "salah satu jaksa penuntut paling progresif" dalam kasus ganja, dikutip dari The Straits Times.
Harris mengatakan bahwa sebagai presiden kelak, ia akan berupaya mendekriminalisasi ganja karena dia tahu bagaimana undang-undang tersebut telah merugikan kelompok tertentu, terutama pria kulit hitam.
Jajak Pendapat
Baca juga: Donald Trump Enggan Nyapres Lagi Kalau Kalah dari Kamala Harris Tahun Ini
Beberapa jajak pendapat menunjukkan bahwa lebih sedikit pria kulit hitam yang mendukung Harris dibandingkan yang mendukung Biden pada pemilu 2020.
Tim kampanyenya dan sekutunya, termasuk Barack Obama, tengah berupaya untuk memenangkan mereka kembali di Michigan dan negara bagian medan tempur lainnya yang akan diputuskan dengan selisih suara tipis.
Harris mengatakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah misinformasi dari tim Trump yang ditujukan kepada pemilih kulit hitam.
"Mereka mencoba menakut-nakuti orang karena mereka tahu mereka tidak punya apa-apa untuk dijadikan panutan," katanya.