News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Yahya Sinwar Sudah Punya Firasat Sebelum Meninggal, Sampaikan Pesan Terakhir soal Perjuangan Hamas

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto mendiang pemimpin gerakan Hamas, Yahya Sinwar yang tewas dibunuh Israel pada Rabu (16/10/2024).

Yahya Sinwar Sudah Punya Firasat Sebelum Meninggal, Sampai Pesan Terakhir soal Perjuangan Hamas

TRIBUNNEWS.COM - Seolah sudah memiliki firasat akan meninggal, mendiang pemimpin Hamas, Yahya Sinwar rupanya meninggalkan pesan terakhir soal kelanjutan perjuangan Hamas melawan pendudukan Israel saat dia berpulang.

Laporan itu dilansir RNTV, Senin (21/10/2024) yang menyatakan Yahya Sinwar menyampaikan pesan kepada pimpinan politik Hamas di luar Gaza tentang bagaimana kelompok itu harus melanjutkan setelah kematiannya.

Baca juga: Video Detik-Detik Kematian Yahya Sinwar Adalah Blunder Israel, Beginilah Cara Seorang Pahlawan Gugur

"Sebelum kematiannya dalam baku tembak dengan pasukan Israel di Rafah, dan setelah pembunuhan pemimpin lama Hizbullah Hassan Nasrallah, pemimpin Hamas Yahya Sinwar menyampaikan pesan kepada pimpinan politik Hamas di luar Gaza tentang bagaimana kelompok itu harus melanjutkan (perjuangan) setelah kematiannya," tulis laporan tersebut.

"Pesan Sinwar, yang diyakini dikirim antara awal September atau awal Oktober, menyampaikan kepada pimpinan Hamas kalau mereka kemungkinan akan menghadapi tekanan lebih besar untuk berkompromi (negosiasi pertukaran sandera demi gencatan senjata) tetapi seharusnya tidak – menurut mediator Arab yang dikutip oleh The Wall Street Journal," tambah laporan tersebut.

Baca juga: Kematian Sinwar, Israel Makin Benci Sekjen PBB, China Serukan Gencatan Senjata, Rusia Cemaskan Gaza

Tangkap layar video detik-detik kematian Yahya Sinwar, pemimpin Hamas dalam baku tembak dengan pasukan Israel di Lingkungan Tal Al-Sultan, Rafah, Gaza Selatan, Rabu (16/10/2024). (tangkap layar)

Mempersiapkan Kematian

Yahya Sinwar juga dikatakan sedang mempersiapkan kematian saat menulis surat tersebut.

Ia memberi tahu anggota Hamas kalau Israel kemungkinan akan menawarkan konsesi untuk mengakhiri agresinya di Jalur Gaza setelah ia berpulang.

Sinwar mengatakan kepada para anggota kalau Hamas akan berada dalam posisi yang lebih kuat dalam negosiasi setelah kematiannya.

Dia juga merekomendasikan agar mereka, anggota Hamas, menunjuk dewan pemimpin untuk mengelola transisi setelah kematiannya.

Setelah menjadi target nomor satu Israel setelah peristiwa 7 Oktober; Sinwar menghindari semua upaya Pendudukan Israel, Amerika Serikat, dan sekutunya untuk menghubunginya.

Yahya Sinwar menggunakan surat tulisan tangan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan hanya mempercayai beberapa angka rahasia.

Di awal perang, mediator Arab menawarkan Sinwar jalan aman keluar dari Jalur Gaza, sebagai imbalan atas keputusan Mesir untuk mengambil alih komando negosiasi atas nama Hamas.

Sinwar menolak dan berkata: “Saya tidak dikepung, saya berada di tanah Palestina.”

Israel Buka Peluang Negosiasi Gencatan Senjata

Prediksi Yahya Sinwar kalau Israel akan kembali membuka negosiasi gencatan senjata setelah dia terbunuh, sepertinya mulai terbukti.

Laporan Khaberni, Senin (21/10) menyatakan kalau asa menghidupkan kembali perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza muncul ketika kepala Shin Bet mengunjungi Kairo dan bertemu dengan kepala intelijen Mesir pada hari Minggu.

Media Israel melaporkan kalau kepala Shin Bet berdiskusi dengan kepala intelijen Mesir mengenai dimulainya kembali negosiasi tahanan.

Kepala Shin Bet mengatakan kepada kepala intelijen Mesir bahwa ada peluang untuk menghidupkan kembali negosiasi, menurut apa yang dilaporkan oleh situs Axios.

Pemerintah Israel menolak beberapa upaya Amerika Serikat, sekutu utama dan pendukung militer Israel, untuk menengahi gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.

Perbedaan Penting

Perundingan untuk mencapai gencatan senjata tersendat dalam beberapa pekan terakhir karena perbedaan pendapat, terutama mengenai jalur perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, yang dikenal sebagai “Koridor Philadelphia,” dan jumlah tahanan Palestina yang dapat dibebaskan dengan imbalan pembebasan tahanan Israel.

Netanyahu bersikeras untuk mempertahankan pasukan Israel di jalur perbatasan, sementara Hamas bersikeras untuk menarik Israel sepenuhnya dari Jalur Gaza

Jasad diduga Yahya Sinwar terbaring di reruntuhan dan foto Yahya Sinwar semasa hidup (X @HamasAtrocities/dok)

Jasad Sinwar Jadi Alat Negosiasi

Seorang pejabat Israel yang dikutip oleh media Ibrani mengungkapkan apa yang akan dilakukan Pendudukan Israel terhadap jenazah pemimpin Hamas Yahya Sinwar.

Pejabat itu mengatakan kepada "The Times of Israel" kalau mereka berencana untuk menggunakan jasad Sinwar sebagai "alat tawar-menawar lain" dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas di Gaza.

“Kami akan menggunakan berbagai cara untuk menekan Hamas, baik secara militer maupun diplomatik,” kata pejabat itu.

Baca juga: Video Detik-Detik Kematian Yahya Sinwar Adalah Blunder Israel, Beginilah Cara Seorang Pahlawan Gugur

Ikat Luka di Tangan Pakai Kabel

Sebelumnya, direktur lembaga forensik nasional Israel, Dr. Chen Kugel, mengungkapkan rincian baru tentang kematian Sinwar minggu lalu.

Kugel, dalam sebuah wawancara dengan New York Times, mengatakan kalau Yahya Sinwar terbunuh dengan luka tembak di kepala.

Ia menambahkan, pecahan peluru, baik dari rudal atau peluru tank, mengenai lengan Sinwar.

Luka ini mengakibatkan pendarahan yang ia coba atasi dengan mengikatkan kabel listrik di sekelilingnya, seperti yang terlihat dalam foto-foto yang dipublikasikan.

Sinwar berjuang hingga akhir hanyatnya, terpaksa menggunakan tangan kiri bahkan untuk menghalau drone tempur Israel yang mendekat.

Jasad Sinwar diambil oleh Pendudukan Israel setelah jarinya dipotong, yang mereka ambil untuk melakukan analisis DNA.

Tangkap layar video detik-detik kematian Yahya Sinwar, pemimpin Hamas dalam baku tembak dengan pasukan Israel di Lingkungan Tal Al-Sultan, Rafah, Gaza Selatan, Rabu (16/10/2024). (tangkap layar)

Hamas Rahasiakan Pengganti Sinwar

Sumber di gerakan Hamas mengatakan ada diskusi di dalam gerakan tersebut tentang menyembunyikan identitas kepala biro politik barunya setelah Israel membunuh Kepala Biro Politiknya, Yahya Sinwar, di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Rabu (16/10/2024).

Keputusan untuk menyembunyikan nama pemimpin baru tersebut karena meningkatnya risiko keamanan.

“Pimpinan kemungkinan besar merahasiakan identitas tersebut demi alasan keamanan,” kata salah satu sumber, seperti diberitakan ANHA, pada Senin (20/10/2024).

Langkah ini juga bertujuan untuk memberi panglima baru lebih banyak kebebasan dalam beroperasi dan menghindari upaya pembunuhan Israel, yang telah menargetkan banyak pemimpin Hamas.

Kerahasiaan juga diharapkan membantu menjaga ketertiban internal dan melindungi struktur kelompok.

Hamas ingin membuat Israel tetap tidak yakin tentang siapa yang akan membuat keputusan jika perundingan mengenai gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Jalur Gaza dilanjutkan.

Yahya Sinwar ditunjuk sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada 6 Agustus 2024 untuk menggantikan Ismail Haniyeh yang diduga dibunuh Israel dalam ledakan di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.

Ia dibunuh di sebuah rumah di lingkungan Tal Al-Sultan, sebelah barat kota Rafah, di selatan Gaza pada Rabu (16/10/2024).

Sebelumnya, Yahya Sinwar bentrok dengan tentara Israel yang menembakkan peluru artileri, melemparkan dua granat, dan mengirim drone.

Calon Pengganti Potensial

  1. Muhammad Darwish (Abu Omar Hassan)

    Muhammad Darwish atau Abu Omar Hassan adalah kepala Dewan Syura Hamas.

    Ia relatif tidak dikenal hingga menarik perhatian setelah kematian Haniyeh.

    Banyak yang meyakini ia memiliki peluang kuat, setelah tampil dalam beberapa pertemuan resmi terakhir mendahului beberapa pemimpin lama.
  2. Khalil al-Hayya, Wakil Yahya Sinwar

    Khalil al-Hayya dipandang sebagai kandidat utama dan menjadi tokoh terkemuka di Gaza setelah hilangnya dan terbunuhnya Yahya Sinwar.

    Sebagai wakil Yahya Sinwar, Khalil al-Hayya kini memimpin Hamas di Gaza dan bertanggung jawab atas negosiasi gencatan senjata dan kemungkinan pertukaran tahanan.

    Khalil al-Hayya telah mewakili Hamas pada berbagai kesempatan penting, termasuk pidato yang menandai Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober dan berkabung atas kematian Yahya Sinwar.

    Ia juga menyatakan tahanan Israel yang ditahan oleh Hamas tidak akan dibebaskan kecuali Israel menghentikan serangannya terhadap Gaza, menarik diri, dan membebaskan tahanan Palestina.

    Seperti Yahya Sinwar, Khalil al-Hayya dikenal sebagai garis keras politik yang mendukung hubungan kuat dengan Iran.
  3. Khaled Meshaal

    Khaled Meshaal, senior Hamas yang lebih dekat dengan Ikhwanul Muslimin yang menjadi pelopor Hamas, daripada Iran.

    Khaled Meshaal memimpin biro politik Hamas selama sekitar 21 tahun dan sekarang mengepalai cabang eksternal Hamas.

    Setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, Khaled Meshaal dilaporkan menolak peran kepemimpinan karena alasan kesehatan dan situasi saat ini. 
  4. Mohammad Nazzal

    Pengaruh Mohammad Nazzal terlihat jelas pada pemilu baru-baru ini.

    Mohammad Nazzal bergabung dengan Hamas saat organisasi itu didirikan dan telah menjadi anggota biro politik Hamas sejak 1996. 

    Ia dianggap sebagai salah satu garis keras dalam kelompok tersebut.
  5. Mousa Abu Marzouk, Kepala Pertama Biro Politik Hamas

    Mousa Abu Marzouk adalah kandidat lain untuk kepemimpinan Hamas.

    Ia mendirikan Hamas pada tahun 1987 dan menjadi kepala biro politik pertamanya.

    Saat ini ia menjabat sebagai wakil kepala cabang eksternal Hamas.

Sebelumnya, Hamas pernah menyembunyikan identitas pemimpinnya pada tahun 2004 setelah Israel membunuh pendirinya Ahmed Yassin pada tanggal 22 Maret, diikuti oleh penggantinya, Abdel Aziz al-Rantisi, pada tanggal 17 April pada tahun yang sama.

Untuk waktu yang lama, Hamas tidak mengungkapkan nama pemimpinnya di Palestina untuk menghindari penargetan Israel.

Sejak didirikan pada tahun 1987, Hamas telah memiliki empat pemimpin biro politik: Abu Marzouk (1992-1996), Khaled Meshaal (1996-2017), Ismail Haniyeh (2017 hingga ia dibunuh tahun 2024), dan Yahya Sinwar (2024).

Baca juga: Jurnalis Pro-Zionis Datangi Lokasi Yahya Sinwar Dibunuh, Israel Segera Ledakkan Rumah Itu

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.603 jiwa dan 99.795 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (21/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

 

(oln/rntv/khbrn/axios/twsj/*)

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini