TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres telah tiba di Konferensi TIngkat Tinggi (KTT) BRICS di kota Kazan, Rusia, pada Selasa (22/10/2024).
Keputusan Guterres untuk menghadiri pertemuan yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin ini pun mendapat kritik dari Ukraina dan sekutunya, mengingat konflik yang terus berlanjut setelah invasi besar-besaran pada 2022.
Grup BRICS sendiri adalah blok geopolitik yang berisikan negara-negara seperti Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Etiopia, dan Uni Emirat Arab.
Dikutip dari Reuters, untuk KTT BRICS kali ini, bakal ada 36 pemimpin dunia yang ikut hadir.
Kehadiran Guterres juga termasuk sebagai salah satu tokoh dunia dalam daftar panjang undangan kepada para pemimpin dunia yang hadir di acara yang digelar selama tiga hari dari 22 hingga 24 Oktober tersebut
Guterres sendiri diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela acara pada 24 Oktober, menurut ajudan presiden Rusia, Yuri Ushakov.
Selain Guterres, Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi, bersama pemimpin lainnya, juga tiba di KTT tersebut.
Sementara itu, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva membatalkan perjalanan setelah mengalami cedera kepala di rumah.
Terkait topik utama KTT BRICS kali ini, pihak Reuters melaporkan bahwa Rusia tengah mencanangkan sistem pembayaran multinasional baru bagi negara-negara BRICS
Platform alternatif ini diciptakan guna menjadi sistem pembayaran internasional yang baru, tanpa pengaruh blok barat pimpinan Amerika Serikat.
Gagasan ini disampaikan Putin karena sistem keuangan yang selama ini berbasis Dollar dan dikuasai negara barat dianggap kerap melakukan tindakan tak adil dengan memberikan sanksi internasional ke sejumlah negara lainnya, lapor Reuters.
Baca juga: Putin Ajak Anggota BRICS Tinggalkan Dollar dan Buat Sistem Mata Uang Sendiri
Kecaman Ukraina untuk Guterres
Menanggapi kedatangan Guterres mewakili PBB di BRICS, Kementerian Luar Negeri Ukraina mengaku geram.
Pihak Kemenlu Ukraina bahkan secara publik menyampaikan kritik atas kunjungan Sekretaris Jenderal PBB tersebut.
"Sekretaris jenderal PBB menolak undangan Ukraina untuk KTT perdamaian global pertama di Swiss. Namun, dia menerima undangan dari penjahat perang Putin ke Kazan," kata kementerian tersebut di media sosial.