TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan murka, pabrik jet tempurnya di Ankara diserang oleh teroris.
Pabrik Turkish Aerospace Industries atau Industri Dirgantara Turki (TUSAS) di Ankara diberondong tembakan pada Rabu (23/10/2024).
Pada saat serangan itu terjadi, Erdogan tidak berada di Turki.
Ia saat ini sedang mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow.
Mendengar situasi yang terjadi di negaranya, Erdogan mengutuk apa yang disebutnya sebagai “serangan teroris yang keji”, lapor Anadolu.
Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya, mengumumkan setidaknya lima orang tewas dan 22 lainnya terluka, dikutip dari Yeni Safak.
Yerlikaya mengumumkan 2 teroris berhasil dilumpuhkan.
Diduga serangan tersebut terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
"Kemungkinan besar terkait dengan apa yang dilakukan PKK, ini penilaian kami. Kami akan membagikan identifikasi dan bukti lainnya setelah menjadi jelas," jelasnya, seperti dikutip dari Milliyet.
Turki Berduka
Tak sedikit politisi Turki dan pemimpin dunia mengutuk serangan itu.
Baca juga: Teroris Serang Markas Besar Industri Dirgantara Turki, 5 Orang Meninggal, 22 Lainnya Terluka
Pemimpin oposisi Turki Ozgur Ozel dari Partai Rakyat Republik (CHP) merilis pernyataan yang mengutuk serangan itu dan “mengutuk terorisme, tidak peduli siapa atau dari mana asalnya”.
Partai DEM yang pro-Kurdi juga mengutuk serangan tersebut, dengan mengatakan, “sangat penting bahwa serangan tersebut terjadi tepat ketika masyarakat Turki sedang membicarakan solusi dan kemungkinan dialog” dengan PKK.
Putin Sampaikan Belasungkawa
Putin pun ikut menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Erdogan terkait dengan serangan teror pada awal pertemuan mereka di Kota Kazan, Rusia.
Keduanya bertemu di sela-sela pertemuan puncak BRICS negara-negara pasar berkembang utama yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.