Selebaran tersebut mengecam Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan istrinya, Kim Keon Hee.
Beberapa diantaranya menggambarkan Kim sebagai Marie Antoinette zaman modern, ratu Prancis yang dipenggal selama revolusi karena pengkhianatan terhadap Prancis.
Meskipun dinas keamanan presiden Korea Selatan tidak mengonfirmasi laporan ini, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan kemudian mengeluarkan peringatan keras kepada Korea Utara.
Mendesaknya untuk berhenti mengirim "selebaran kasar" dan meminta pertanggungjawaban Pyongyang atas segala konsekuensinya.
Para ahli tetap skeptis tentang kemampuan teknologi Korea Utara dalam mengarahkan balon ke target tertentu.
Lee Choon Geun, seorang peneliti kehormatan di Institut Kebijakan Sains dan Teknologi Korea Selatan , menjelaskan bahwa balon-balon Korea Utara kemungkinan besar mengandalkan pola angin, bukan sistem pemandu yang canggih.
"Semuanya tentang meluncurkan balon dalam jumlah besar dan mencapai ketinggian yang tepat berdasarkan arah dan kecepatan angin," katanya, seraya mencatat bahwa angin musiman dapat meningkatkan akurasi balon.
Korea Utara Tingkatkan Kerjasama Militer dengan Rusia
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah meningkatkan kerja sama militer dengan Rusia dan mengintensifkan uji coba senjata.
Laporan terkini menunjukkan bahwa 3.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke Rusia , dengan rencana untuk mengirim lebih banyak lagi untuk mendukung upaya perang Rusia di Ukraina.
Korea Selatan khawatir bahwa Rusia dapat memberi penghargaan kepada Korea Utara dengan teknologi militer canggih, yang berpotensi meningkatkan program nuklir dan rudal Korea Utara, yang mengancam Korea Selatan dan Amerika Serikat.