“Bakamla akan terus berpatroli dan memantau secara intensif perairan Natuna Utara untuk memastikan pengumpulan data seismik dapat berjalan tanpa mengganggu kedaulatan Indonesia,” sebut Bakamla, Senin.
Pada hari Kamis, kapal patroli China kembali tetapi dicegat dan kembali diusir. Namun tidak memberikan rincian tentang apa yang dilakukan kapal tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian mengatakan pada hari Kamis bahwa kapal penjaga pantainya melakukan “pelayaran rutin di perairan di bawah yurisdiksi Tiongkok sesuai dengan hukum internasional dan hukum domestik”.
Juru bicara tersebut menambahkan bahwa China bersedia memperkuat konsultasi dengan Indonesia “untuk menangani masalah maritim antara kedua negara dengan benar”.
China menegaskan klaim kedaulatannya dengan armada kapal penjaga pantai yang dikerahkan di seluruh Laut Cina Selatan, beberapa di antaranya dituduh oleh negara tetangganya melakukan perilaku agresif dan mencoba mengganggu aktivitas energi dan perikanan.
Tiongkok biasanya mengatakan penjaga pantainya beroperasi secara sah untuk mencegah pelanggaran teritorial di perairannya.
Pada tahun 2021, kapal-kapal dari Indonesia dan Tiongkok saling membayangi selama berbulan-bulan di dekat anjungan minyak submersible yang sedang melakukan penilaian sumur di Laut Natuna.
China saat itu mendesak Indonesia untuk menghentikan pengeboran di wilayahnya.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kamis lalu bertemu dengan Duta Besar China di Jakarta.
Kementerian Pertahanan RI dalam pernyataannya mengatakan Indonesia meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Tiongkok, termasuk latihan gabungan. Pernyataan tersebut tidak menyebutkan insiden kapal penjaga pantai yang baru saja terjadi.