News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil dan Sosok

Naim Qassem

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Sekjen Hizbullah Naim Qassem tak sebut gencatan senjata Israel-Hamas dalam pidatonya pada Selasa (8/10/2024), sebagai syarat Hizbullah mundur dari perlawanan terhadap Israel. Inilah profil Naim Qassem, yang kini ditunjuk sebagai pemimpin Hizbullah.

TRIBUNNEWS.COM - Milisi Hizbullah di Lebanon menunjuk Sheik Naim Qassem sebagai pemimpin baru mereka pada Selasa (29/10/2024).

"Qassem terpilih untuk menduduki jabatan tersebut karena kepatuhannya terhadap prinsip dan tujuan Hizbullah," demikian pernyataan Hizbullah, dikutip dari CNN.

Sebelum menempati posisi puncak Hizbullah, Naim yang saat ini berusia 71 tahun tersebut menjabat sebagai wakil pemimpin Hizbullah.

Qassem menjadi ketua baru Hizbullah menggantikan Hasan Nasrallah yang tewas dibunuh Israel dalam sebuah serangan di Beirut, bulan lalu.

Sebenarnya, Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Hashem Safieddine, awalnya diperkirakan akan menggantikan Nasrallah, CNBC melaporkan.

Akan tetapi, dia juga terbunuh dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut tak lama setelah pembunuhan Nasrallah.

Selengkapnya inilah profilnya.

Profil dan Sosok

Pria berusia 71 tahun ini adalah wakil sekretaris jenderal Hizbullah, dan sering disebut sebagai "orang nomor dua" dalam gerakan tersebut.

Ia dilahirkan di Kfar Kila, provinsi Nabatieh, sebuah desa di Lebanon selatan yang telah mengalami banyak serangan Israel, terutama sejak Oktober lalu.

Qassem memiliki sejarah panjang dalam aktivisme politik Syiah.

Sejak kematian Nasrallah akibat gempuran udara Israel pada 27 September, Qassem tiga kali tampil di televisi.

Ia berbicara dalam bahasa Arab yang lebih formal daripada bahasa Lebanon sehari-hari yang disukai Nasrallah.

Pada tahun 1970-an, ia bergabung dengan Gerakan Orang-Orang yang Dirampas milik mendiang Imam Musa al-Sadr, yang akhirnya menjadi bagian dari Gerakan Amal, sebuah kelompok Syiah di Lebanon.

Ia kemudian meninggalkan Amal dan membantu mendirikan Hizbullah pada awal tahun 1980-an, menjadi salah satu ulama pendiri kelompok tersebut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini