Reaksi Israel Saat Hizbullah Punya Sekjen Baru, Gallant: Naim Qassem Sementara, Tak Akan Lama
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, memberikan reaksi atas kabar terpilihnya Naim Qassem sebagai sekretaris jenderal baru kelompok Hizbullah.
Gallant melalui unggahan di akun X miliknya, mengirim pesan ancaman kepada Naim Qassem kalau penunjukannya itu tidak akan lama.
Hal ini merujuk pada kampanye pembunuhan tokoh-tokoh Hizbullah oleh Israel, termasuk mendiang Hassan Nasrallah.
Gallant membagikan foto Qassem dengan keterangan, "Penunjukan sementara, tidak lama."
Dalam postingan terpisah yang ditulisnya dalam bahasa Ibrani, Gallant mengatakan: "Hitung mundur telah dimulai."
Sebelumnya, Hizbullah mengumumkan pemilihan Naim Qassem sebagai Sekretaris Jenderal baru partai tersebut, menggantikan Hassan Nasrallah, yang dibunuh oleh Pasukan Pendudukan Israel (IOF) pada 27 September 2024, dalam serangan udara di Beirut selatan.
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengonfirmasi bahwa Dewan Syura partai dengan suara bulat menyetujui pengangkatan Qassem.
Pernyataan itu mengatakan kelompok itu akan menghormati komitmen mereka untuk menegakkan prinsip dan tujuan Hizbullah, bersumpah untuk menjaga semangat perlawanan tetap hidup dan mengejar kemenangan untuk menghormati Nasrallah dan para syuhada yang gugur.
Seperti diberitakan, wakil sekretaris jenderal Hizbullah, Naim Qassem, terpilih sebagai sekretaris jenderal baru organisasi perlawanan Lebanon yang didukung Iran pada Selasa (29/10/2024).
Qaseem, yang sering disebut sebagai "Nomor Hizbullah 2", akan menggantikan mantan kepala Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan udara Israel di Beirut pada 27 September.
Baca juga: Lagi, Hizbullah Sergap Tentara Israel dari Jarak Dekat, Pasukan IDF Rontok di Kfar Kila
Berbicara dari lokasi yang dirahasiakan pada 8 Oktober, Qaseem menekankan kalau konflik antara Israel dan Hizbullah adalah pertempuran tentang siapa yang menangis lebih dulu, mengatakan bahwa kelompok yang didukung Iran tidak akan menjadi orang yang menangis lebih dulu.
Pidatonya yang disiarkan televisi keluar hanya beberapa hari setelah pemimpin senior Hizbullah Hashem Safieddine diyakini menjadi sasaran serangan Israel.
Pada 23 Oktober, pembunuhan Safieddine dikonfirmasi oleh Hizbullah.