TRIBUNNEWS.COM -- Jepang memperingatkan Amerika Serikat untuk mewasadai Korea Utara.
Uji coba rudal balistik antar benua (ICBM) yang terakhir pada Kamis (31/10/2024) diluncurkan oleh Pyongyang diperkirakan bisa mencapai wilayah pantai AS.
"Proyektil tersebut mungkin mampu terbang lebih dari 15.000 km," kata Sekretaris kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi dikutip Russia Today, Jumat (1/11/2024).
Baca juga: Kim Jong Un Peringatkan ke Negara yang Berani Memprovokasi, ICBM Nuklir Telah Siap Ditembakkan
Dengan jarak tersebut, maka hampir semua daratan AS dalam jangkauan rudal itu. Termasuk New York yang posisinya berada di pantai timur AS yang jaraknya 'hanya' 10.000 km lebih.
Pemimpin Korut Kim Jong Un menguji coba proyektil tersebut pada hari Kamis, menggambarkan langkah tersebut sebagai peringatan bagi musuh-musuh regionalnya.
Dalam ujicoba tersebut, Pyongyang mengklaim bahwa jangkauan rudal tersebut hanya 7.000 kilometer.
Pejabat di Korea Selatan dan Jepang memperkirakan waktu penerbangannya mencapai 87 menit, dengan rudal mencapai ketinggian hingga 7.000 km saat menempuh jarak 1.000 km secara horizontal.
Korea Utara secara tradisional menembakkan rudal pada lintasan vertikal yang curam, untuk menguji kemampuan mereka sambil menghindari negara lain.
Pada jumpa pers pada Kamis sore, Hayashi mencatat bahwa jika diluncurkan secara horizontal, proyektil tersebut dapat memiliki jangkauan yang lebih jauh.
Baca juga: Rudal Balistik Houthi Yaman Serang Kapal-kapal Berafiliasi Israel di Laut Merah dan Laut Arab
“Berdasarkan informasi yang kami peroleh tentang jarak terbang dan ketinggian rudal balistik kelas ICBM yang diluncurkan oleh Korea Utara, diyakini bahwa tergantung pada berat hulu ledaknya, jangkauannya dapat melebihi 15.000 km,” katanya, seperti dikutip oleh kantor berita NHK.
Ini berarti rudal tersebut berpotensi dapat terbang sejauh daratan AS, karena jarak antara kedua negara tersebut sekitar 9.900 km.
Hayashi mengecam peluncuran tersebut sebagai tindakan keterlaluan yang meningkatkan ketegangan di seluruh komunitas internasiona” dan mengklaim bahwa hal itu sama sekali tidak dapat diterima.
Ia menambahkan bahwa Tokyo telah mengajukan nota protes terhadap Korea Utara melalui kedutaan besarnya di Tiongkok.
Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani sebelumnya mengatakan rudal itu jatuh di Laut Jepang, di luar zona ekonomi eksklusif Jepang dan sekitar 200 km di sebelah Barat Pulau Okushiri.
Ia mencatat bahwa tidak ada kerusakan yang dilaporkan dari pesawat atau kapal yang melintasi wilayah tersebut, tetapi mengklaim bahwa rudal itu "memiliki waktu terbang terlama dan ketinggian terbang tertinggi hingga saat ini."
Komando Indo-Pasifik AS juga mengutuk uji coba tersebut, menuntut agar Korea Utara "menahan diri dari tindakan melanggar hukum dan destabilisasi lebih lanjut." Namun, mereka mengklaim bahwa peluncuran itu tidak menimbulkan "ancaman langsung" bagi personel, wilayah, atau sekutu AS.
Korea Utara secara teratur melakukan uji coba rudal di tengah ketegangan dengan Korea Selatan dan AS. Namun, peluncuran ICBM sebelumnya terjadi pada Desember 2023, ketika proyektil tersebut menempuh jarak sekitar 1.000 km selama penerbangan 73 menit.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebelumnya pada hari Kamis mengatakan bahwa uji coba tersebut adalah "tindakan militer yang tepat yang sepenuhnya memenuhi tujuan untuk memberi tahu para pesaing, yang telah dengan sengaja meningkatkan situasi regional dan menimbulkan ancaman terhadap keamanan republik kita."