Angkatan Laut Indonesia dan Rusia memulai latihan militer bersama untuk pertama kalinya di Laut Jawa pada Senin (04/11), demikian seperti diungkap militer Angkatan Laut Indonesia (TNI-AL).
Latihan ini akan berlangsung di Laut Jawa dekat kota Surabaya, Indonesia, hingga Jumat (08/11). Kapal-kapal perang Rusia telah tiba di lokasi pada Minggu (03/11). Rusia mengirimkan tiga kapal perang kelas korvet, sebuah kapal tanker berukuran sedang, satu helikopter militer, dan sebuah kapal tunda, menurut laporan TNI-AL.
"Kapal-kapal perang Rusia datang jauh-jauh ke Indonesia dan menggelar latihan bersama untuk pertama kalinya, guna meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rusia, khususnya dalam hal angkatan laut,” ungkap Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata.
Mengutip pernyataan seorang perwakilan dari delegasi Rusia, latihan bersama ini dirancang agar pasukan angkatan laut dari kedua negara dapat saling bertukar pengetahuan.
Prabowo mau lebih dekat dengan Rusia?
Secara tradisional, Indonesia bersikap netral dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Indonesia bahkan menolak untuk berpihak, baik terkait perang Ukraina atau dalam persaingan kekuatan besar antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Namun, Presiden RI yang baru saja dilantik, Prabowo Subianto, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri pertahanan, telah menjanjikan hubungan pertahanan yang lebih erat dengan Rusia.
Hal itu ia sampaikan dalam kunjunganya ke Kremlin saat masih menjadi presiden terpilih pada Juli lalu.
"Kami menganggap Rusia sebagai teman baik dan saya ingin terus mempertahankan, bahkan meningkatkan hubungan ini,” ungkapnya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin saat itu.
Hubungan perdagangan bernilai miliaran dolar antara Jakarta-Moskow sempat terhenti setelah Rusia mencaplok Krimea pada 2014 dan menginvasi Ukraina pada 2022. Namun, sejak menjabat sebagai menteri pertahanan pada 2019, Prabowo tetap mempertahankan kesepakatan pembelian jet tempur Rusia senilai 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp17,3 triliun) yang telah disepakati tahun lalu, meski ada laporan ancaman sanksi dari AS.
"Indonesia ingin tetap bersikap netral"
Meski begitu, Kepala Biro Asia Pasifik DW Georg Matthes meyakini bahwa Indonesia masih berusaha untuk tetap bersikap netral dalam politik internasionalnya, terlepas dari digelarnya latihan gabungan dengan Rusia ini.
"Latihan-latihan ini cukup penting bagi militer Indonesia, tapi ini bukan hal yang aneh. Baru-baru ini, mereka juga menggelar latihan serupa dengan kapal-kapal angkatan laut Jerman,” ujar Matthes. Bukan hanya itu, ia juga menyebut latihan militer besar-besaran ‘Super Garuda Shield', yang digelar rutin tahunan antara Indonesia-AS sejak 2006.
Selain itu, ada hubungan erat dalam hal ekonomi dengan Rusia, yang Indonesia incar sebagai target pasar terbesar di Asia Tenggara, ungkap Matthes lebih lanjut.
"Hubungan dengan Rusia ini mungkin merupakan peluang untuk memaksimalkan otonomi, mendapatkan opsi lain, untuk tetap senetral mungkin, dan memiliki opsi sebanyak mungkin, tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga di bidang politik luar negeri," pungkas Matthes.
kp/gtp (AFP, Reuters)