TRIBUNNEWS.COM - Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel yang dipecat oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, membuat pernyataan pertamanya di hadapan media di Kirya, Tel Aviv, pada Selasa (5/11/2024) malam waktu setempat.
Yoav Gallant akan digantikan oleh Israel Katz yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Israel.
Setelah pemecatannya, Yoav Gallant mengklaim penyebabnya adalah penolakannya terhadap undang-undang wajib militer, tuntutannya untuk pembebasan diculik, dan kontroversi seputar komisi penyelidikan negara untuk memeriksa perilaku sistem keamanan dan sistem politik.
"Undang-undang wajib militer ini bukan hanya masalah sosial," kata Yoav Gallant menekankan.
"Ini adalah masalah paling sentral bagi keberadaan kita, keamanan Negara Israel dan orang-orang yang tinggal di Zion," lanjutnya.
Menurutnya, undang-undang yang mengecualikan puluhan ribu warga negara dari kewajiban dinas militer dan membebankannya kepada kelompok minoritas tidak boleh dibiarkan.
“Di tengah perang saat ini, kami telah kehilangan ratusan tentara dan ribuan orang terluka di tangan kami. Setiap orang harus berpartisipasi dalam misi ini,” katanya.
Yoav Gallant menekankan perang dan tantangan keamanan diperkirakan akan terjadi di masa depan dan Israel harus bersiap menghadapi hal ini.
Dalam pernyataannya, ia juga merujuk pada masalah para korban penculikan yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, yang ia gambarkan sebagai misi moral tingkat pertama.
"Negara Israel harus melakukan segala upaya untuk memulangkan para korban penculikan, bahkan dengan mengorbankan kompromi yang menyakitkan," katanya, merujuk pada perundingan dengan Hamas.
"Pengabaian terhadap para korban penculikan adalah tanda dosa di dahi masyarakat Israel. Kita harus berusaha keras untuk mengembalikan semua putra dan putri kami tanpa penundaan," lanjutnya, seperti dikutip dari BBC.
Baca juga: Profil Yoav Gallant, Menhan Israel 2 Kali Dipecat Netanyahu, Pernah Jadi Komando Selatan IDF
Yoav Gallant juga menyerukan agar dibentuk komite independen untuk menyelidiki kegagalan dan keberhasilan tingkat nasional, keamanan dan politik, serta mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Ia juga mengaku bangga dengan pencapaian sistem keamanan selama masa jabatannya, lalu menyebutkan serangan Israel di Jalur Gaza, Lebanon selatan, Tepi Barat, dan Iran.
“Kami bertindak dengan cara yang tepat dan mematikan, serta mencapai pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.