TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini rangkuman fakta-fakta tentang laporan yang menyebut kalau Qatar mundur sebagai mediator gencatan senjata Gaza.
Laporan awal menyebut Qatar mundur karena kurangnya itikad baik dari kedua belah pihak yang bernegosiasi.
Menyusul pemberitaan tersebut, Qatar angkat bicara.
Negara Teluk itu pun membantah telah mundur sebagai mediator gencatan senjata perang Israel-Hamas di Gaza.
Untuk mengetahui mengenai masalah ini, simak fakta-fakta yang telah Tribunnews.com rangkum berikut ini.
1. Singgung soal Itikad Baik
Dikutip dari The Guardian, pemerintah Qatar memberi tahu Amerika Serikat (AS) dan Israel, mereka akan menghentikan upaya mediasi untuk menghentikan konflik di Gaza.
Sebab, mereka tidak lagi yakin bahwa kedua pihak yang berkonflik melakukan negosiasi dengan itikad baik.
"Selama masih ada penolakan untuk menegosiasikan kesepakatan dengan itikad baik, mereka tidak dapat meneruskan mediasi," kata sumber tersebut.
2. Permainan Politik
Negara Teluk itu menyimpulkan bahwa perundingan malah menjadi ajang permainan politik, daripada (mencari jalan keluar untuk) masalah keamanan yang sebenarnya, kata sumber diplomatik tersebut.
"Qatar semakin frustrasi dengan kurangnya kemajuan menuju gencatan senjata oleh Hamas dan Israel," salah satu diplomat mengatakan kepada NBC News Sabtu (9/11/2024) pagi.
3. Pemerintahan Baru AS
Namun, dengan pemerintahan baru AS yang akan mengambil alih kekuasaan hanya dalam waktu dua bulan, Qatar menjelaskan akan melanjutkan mediasi jika kedua belah pihak menunjukkan "keinginan yang tulus" untuk mencapai kesepakatan.
Qatar memberi tahu Israel, pejabat Hamas, AS, dan Mesir tentang keputusan tersebut setelah delegasi AS termasuk Direktur CIA, Bill Burns, mengunjungi Doha untuk pertemuan yang tidak menghasilkan kesimpulan pada akhir Oktober.
Baca juga: Hamas Bantah Laporan Pihaknya Diusir dari Qatar: Kabar Itu Dimaksudkan untuk Menabur Perselisihan
4. Bukan Kali Pertama
Dikutip dari AOL, ini adalah kedua kalinya Qatar memperingatkan secara terbuka bahwa mereka tidak siap menjadi tuan rumah perundingan yang tidak menghasilkan hasil apa pun tanpa batas waktu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu (9/11/2024) sore, Qatar mengatakan bahwa pelaporan media yang tersebar luas mengenai rencana penutupan kantor politik Hamas di Doha adalah salah.
"Kantor tersebut merupakan saluran komunikasi yang berguna antara pihak-pihak terkait," kata Qatar.
5. Tinjau Perannya sebagai Mediator
Qatar dipercaya oleh tokoh-tokoh senior di kedua belah pihak dan memiliki rekam jejak yang panjang dalam mediasi.
Pada bulan April, Doha sempat meminta para komandan Hamas untuk meninggalkan negara itu, setelah Perdana Menteri, Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, mengumumkan Qatar akan meninjau kembali peran mediasinya.
Mereka menuju Turki, tetapi dalam beberapa minggu Israel dan pemerintah AS telah meminta Qatar untuk membawa mereka kembali guna mengintensifkan negosiasi.
6. Sangkal Mundur sebagai Mediator
Qatar menyangkal laporan media yang menyebut pihaknya telah mundur sebagai mediator.
Doha menjelaskan bahwa 'pekerjaan itu' hanya terhenti sementara.
Dalam pernyataan pada Sabtu (9/11/2024), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Majed bin Mohammed Al-Ansari mengatakan "laporan media yang mengatakan Qatar mundur sebagai mediator perundingan gencatan senjata di Gaza tidak akurat."
Dia menambahkan bahwa Qatar telah memberitahu para pihak 10 hari yang lalu.
Pernyataan itu menyebutkan "Doha akan melanjutkan upaya dengan para mitra ketika para pihak menunjukkan keinginan dan keseriusan mereka untuk mengakhiri perang brutal tersebut dan penderitaan warga sipil yang terus menderita."
Juru bicara Kemlu Qatar itu mengatakan Doha "tidak akan menerima jika mediasi menjadi alasan pemerasan."
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)