News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Drone Hizbullah Ngamuk, Bombardir Depot Senjata IDF hingga Kantor Menhan Baru Israel

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gerakan Hizbullah Lebanon melancarkan serangan terkoordinasi pada Minggu (10/11/2024), menghantam situs militer utama Israel. Serangan dinyatakan untuk mendukung perjuangan Palestina dan mempertahanan Lebanon dari agresi militer Israel.

TRIBUNNEWS.COM – Militan Hizbullah mengklaim berhasil membombardir sejumlah situs-situs penting Israel lewat serangan udara menggunakan misil balistik dan skuadron pesawat tak berawak.

Adapun dalam serangan itu, Hizbullah mengatakan mereka menargetkan pangkalan Kriya yang dijadikan sebagai kantor  Kementerian Pertahanan baru Israel serta Pusat Komando  Perang, dan otoritas kendali dan pengawasan angkatan udara.

Selain pangkalan Al-Kiryah, kelompok perlawanan yang didukung Lebanon juga menyerang pangkalan Glilot, markas besar Unit Intelijen Militer 8200, di pinggiran Tel Aviv.

Tak sampai disitu, pada malam harinya, Hizbullah kembali melanjutkan operasi, mengatakan mereka melancarkan serangan lain terhadap pabrik produksi senjata Israel Weapons Industries (IWI), salah satu pemasok utama militer Israel.

“Kami telah menembakkan satu skuadron pesawat nirawak berpemandu presisi canggih ke pangkalan Kirya di Tel Aviv, dan menyerang target dengan akurat,” tegas Hizbullah, dikutip dari Anadolu.

Tak dijelaskan secara rinci berapa banyak rudal misil balistik yang dilontarkan Hizbullah untuk membombardir situs Israel.

Sementara itu, Hizbullah menyebut serangannya dilancarkan menggunakan rudal Qader-2.

Sirine Israel Meraung

Ketegangan meningkat sejak Israel melancarkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon sejak akhir September terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah dalam eskalasi dari perang lintas perbatasan selama setahun antara Israel dan kelompok Lebanon tersebut sejak dimulainya serangan brutal Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.

Pasca Hizbullah menghujani langit Israel dengan serangan misil balistik dan skuadron pesawat tak berawak, sirine peringatan bahaya Israel menggema di seluruh wilayah pusat dan utara Israel.

"Setelah sirine berbunyi baru-baru ini di beberapa area di Israel tengah dan di daerah Karmel, sekitar lima proyektil teridentifikasi melintasi perbatasan Lebanon menuju wilayah Israel. Beberapa proyektil tersebut berhasil dicegat oleh IAF (Angkatan Udara Israel)," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Drone Hizbullah Jatuh di Tel Aviv, Targetkan Markas Besar Militer Israel hingga Pabrik Senjata

Sementara itu, militer Israel mengklaim, pihaknya berhasil mencegat dua pesawat drone dan 40 proyektil yang diluncurkan dari Lebanon itu, namun sedikitnya enam tentara Israel tewas dalam pertempuran melawan Hizbullah di dekat perbatasan kedua negara.

Dengan kematian keenam tentara, kini sedikitnya 47 tentara Israel dinyatakan tewas dalam pertempuran melawan Hizbullah sejak 30 September lalu, sejak Tel Aviv mengirimkan pasukan darat ke Lebanon bagian selatan.

Menhan Baru Israel Tolak Gencatan Senjata

Adapun serangan ini dilayangkan Hizbullah, tepat setelah Israel Katz,  Menteri Pertahanan baru Israel, dengan tegas menolak usulan gencatans enjata dengan Iran dan Gaza.

Lebih lanjut, Katz justru menegaskan pasukan pertahanan Israel di bawah kepemimpinannya harus melanjutkan operasi ofensif Israel untuk melemahkan kemampuan Hizbullah dan mencapai hasil kemenangan.

Katz mengatakan Israel hanya akan menyetujui kesepakatan jika negaranya dapat terus memerangi Hizbullah, melucuti senjata Hizbullah, dan memukul mundur milisi Hizbullah sekitar 30 kilometer dari perbatasan Lebanon-Israel.

“Tidak akan ada gencatan senjata atau gencatan senjata. Kami akan terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh hingga kami mencapai tujuan perang – membawa kembali penduduk utara dan mendorong Hizbullah melewati Sungai Litani,” ujar Kantz.

Pernyataan tersebut yang kemudian membuat konflik semakin membara di tengah ketidakpastian kondisi geopolitik Timur Tengah.

(Tribunnews.com/ Namira Yunia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini