Sebagian ahli berspekulasi bahwa Korea Utara kemungkinan besar memperoleh teknologi ini dari Rusia, mengingat Pyongyang dan Moskow telah menjadi sekutu sejak Perang Dunia II dan hubungan keduanya semakin dekat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 lalu.
Untuk memperkuat hubungan keduanya, pemimpin Korut Kim Jong-un menandatangani dekrit untuk meratifikasi Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif dengan Rusia.
Perjanjian tersebut pertama kali ditandatangani di Pyongyang pada tanggal 19 Juni, mewajibkan kedua negara memberikan bantuan militer segera satu sama lain dengan menggunakan "segala cara" yang diperlukan jika salah satu pihak menghadapi "agresi".
Terbaru sebanyak 10.000 tentara asal Korut dilaporkan tiba di Kursk, wilayah garda depan konflik Rusia dan Ukraina.
Tak hanya pasukan tempur, Korut disebut turut mengirimkan sejumlah jenderal ke medan perang untuk membantu Rusia melawan Ukraina.
Kedatangan tentara Korut dikonfirmasi langsung oleh Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Mark Rutte, Senin (28/10/2024).
Sebagai imbalan atas dukungan Korea Utara untuk Rusia, Presiden Putin kabarnya memberikan bantuan teknologi dalam pengembangan program misil dan satelit mata-mata Korea Utara.
Moskow juga mungkin akan memberikan jaminan keamanan serta dukungan di PBB bagi negara tertutup itu, yang beberapa kali disanksi akibat uji nuklir.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)