Virus ini, yang dapat menyebabkan ruam, demam, dan gejala mirip flu, tetapi juga komplikasi yang sangat parah pada anak kecil, diperkirakan telah menewaskan 107.500 orang pada tahun 2023, sebagian besar berusia di bawah lima tahun.
Ini menandai penurunan sebesar 8 persen dari tahun sebelumnya.
Badan-badan tersebut menjelaskan bahwa penurunan tersebut terutama disebabkan oleh lonjakan kasus yang terjadi di negara-negara dan wilayah-wilayah di mana anak-anak yang terkena campak lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal, karena status gizi dan akses ke layanan kesehatan yang lebih baik.
"Masih banyak anak yang meninggal karena penyakit yang dapat dicegah ini," kata mereka.
Badan-badan tersebut memperingatkan bahwa target global untuk memberantas campak sebagai ancaman endemik pada tahun 2030 "terancam".
Pada akhir tahun lalu, 82 negara telah mencapai atau mempertahankan eliminasi campak.
Setelah Brasil minggu ini memverifikasi ulang telah memberantas campak, kawasan Amerika milik WHO sekali lagi dianggap bebas dari campak endemik.
Sementara itu, semua kawasan, kecuali Afrika, memiliki setidaknya satu negara yang telah memberantas penyakit tersebut.
Badan-badan tersebut menyerukan upaya yang mendesak dan terarah untuk memastikan semua anak mendapatkan dua dosis vaksin, terutama di wilayah Afrika dan Mediterania Timur serta di wilayah-wilayah yang rapuh dan terkena dampak konflik.
"Hal ini memerlukan pencapaian dan pemeliharaan program imunisasi rutin yang berkinerja tinggi serta penyediaan kampanye berkualitas tinggi dan bercakupan luas ketika program tersebut belum cukup untuk melindungi setiap anak," kata mereka.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)