News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-999: Olaf Scholz Gagal Rayu Putin Hentikan Perang di Ukraina

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto Kanselir Jerman Olaf Scholz (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan).

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-999 pada Senin (18/11/2024).

Pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat, suasana di Ukraina hampir tenang dan hanya dua drone Rusia yang tercatat terbang di langit Ukraina.

Tidak ada drone Rusia yang terdeteksi di Ukraina pada pukul 03.00 waktu setempat, namun ada penerbangan taktis di arah timur laut Ukraina, seperti diberitakan Telegraph.

AS Dikabarkan Cabut Larangan Ukraina Pakai Senjata Jarak Jauhnya di Rusia

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dikabarkan mencabut larangan terhadap Ukraina atas penembakan rudal jarak jauh ke wilayah Rusia menggunakan rudal yang dipasok AS.

Surat kabar The New York Times, Washington Post, Reuters, dan Associated Press mengabarkan Ukraina diizinkan menggunakan senjata tersebut untuk melawan pasukan Rusia dan Korea Utara di wilayah Kursk.

"Presiden AS akan mengizinkan Ukraina menggunakan roket Atacms buatan AS, yang memiliki jangkauan 190 mil (300 km) – sebuah keputusan yang dibenarkan oleh kehadiran pasukan Korea Utara yang bertempur bersama Rusia melawan Ukraina," bunyi laporan The New York Times, Minggu (17/11/2024) kemarin.

Tidak ada komentar publik dari Gedung Putih.

Rusia akan Respons Langsung jika Ukraina Serang Wilayahnya Pakai Rudal Jarak Jauh

Anggota parlemen senior Rusia mengatakan keputusan AS untuk mencabut larangan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menembaki wilayah Rusia akan meningkatkan perang di Ukraina.

Ia menegaskan hal itu juga akan memicu respons langsung dari Rusia.

Baca juga: AS Izinkan Ukraina Serang Rusia dengan ATACMS, Zelensky: Rudal yang Akan Bicara

"Barat telah memutuskan pada tingkat eskalasi sedemikian rupa sehingga dapat berakhir dengan negara Ukraina dalam kehancuran total pada pagi hari," Andrei Klishas, ​​anggota senior Dewan Federasi, majelis tinggi parlemen Rusia, pada Minggu.

Vladimir Dzhabarov, wakil kepala pertama komite urusan internasional majelis tinggi Rusia, juga mengatakan hal itu bisa memicu perang dunia ketiga.

"Ini adalah langkah yang sangat besar menuju dimulainya perang dunia ketiga," katanya, dikutip TASS.

Zelensky Komentari Berita AS Izinkan Ukraina Pakai Senjata

residen Ukraina, Volodymyr Zelensky, menanggapi berita yang mengatakan AS mengizinkan Ukraina menggunakan senjatanya.

Namun, ia tidak secara langsung mengonfirmasinya dan mengatakan bukti apapun tentang perubahan kebijakan akan muncul di medan perang, jika dan ketika rudal digunakan. 

"Saat ini, ada banyak pembicaraan di media tentang kami yang menerima izin untuk tindakan masing-masing. Namun, serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri. Mereka pasti akan melakukannya," kata Zelensky, seperti diberitakan The Guardian.

10 Orang Tewas Akibat Serangan Rudal Rusia

Sepuluh orang termasuk dua anak-anak tewas dan 52 orang lainnya cedera pada Minggu malam, ketika rudal Rusia menghantam sebuah gedung hunian sembilan lantai di wilayah Sumy, Ukraina timur laut.

"Minggu malam bagi kota Sumy menjadi neraka, sebuah tragedi yang dibawa Rusia ke tanah kami," kata Volodymyr Artyukh, kepala administrasi militer Sumy dalam sebuah posting di saluran pesan Telegram milik pemerintah.

Rusia Serang Jaringan Listrik Ukraina

Serangan terhadap Sumy terjadi setelah Rusia menyerang jaringan listrik Ukraina pada suatu pagi dalam apa yang disebut Kyiv sebagai serangan besar-besaran dengan 120 rudal dan 90 pesawat nirawak yang menewaskan sedikitnya tujuh orang.

Serangan itu merupakan serangan rudal dan pesawat nirawak terbesar terhadap Ukraina sejak Agustus.

Kanselir Jerman Telepon Putin, Minta Hentikan Perang di Ukraina

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, membela keputusannya untuk menelepon Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan mendesaknya untuk menghentikan perang di Ukraina.

"Penting untuk memberi tahu dia [Putin] bahwa dia tidak dapat mengandalkan dukungan dari Jerman, Eropa, dan banyak negara lain di dunia yang semakin berkurang," katanya kepada wartawan.

Namun, Olaf Scholz mengatakan percakapannya dengan Vladimir Putin pada Jumat (15/11/2024) lalu, tidak mengubah pemikiran Putin mengenai perang di Ukraina.

"Percakapan itu sangat terperinci tetapi berkontribusi pada pengakuan bahwa pandangan presiden Rusia tentang perang tidak banyak berubah – dan itu bukan kabar baik," katanya.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini