Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyambut para pemimpin dunia di Rio de Janeiro pada hari Senin (18/11) yang menghadiri KTT G20. Pertemuan ini berlangsung di tengah bayang-bayang kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS pada Januari mendatang.
Dengan berbagai isu global yang penuh kontroversi, seperti perang di Ukraina dan Timur Tengah, perubahan iklim, perdagangan, hak-hak perempuan, serta meningkatnya pengaruh Cina, Lula memanfaatkan pidato pembukaannya untuk menyoroti isu yang dianggap dapat menyatukan para pemimpin negara-negara ekonomi besar dunia:
"Kelaparan dan kemiskinan bukanlah hasil dari kelangkaan atau fenomena alam, tetapi karena keputusan politik," ujar Lula di Museum Seni Modern Rio.
"Di dunia yang menghasilkan hampir 6 miliar ton makanan setiap tahun, ini tidak bisa diterima. Kita semua di sini, di meja ini, harus menghadapi tugas yang tidak dapat ditunda untuk mengakhiri noda yang mempermalukan umat manusia ini. Itu akan menjadi warisan terbesar kita."
Lula, yang lahir dari keluarga miskin dan memulai karier politiknya sebagai pemimpin serikat pekerja, mengumumkan peluncuran aliansi global untuk melawan kemiskinan dan kelaparan. Aliansi ini didukung oleh 80 negara, Uni Afrika, Uni Eropa, organisasi internasional, bank pembangunan, serta filantropi seperti Rockefeller Foundation dan Bill & Melinda Gates Foundation.
Kurangnya kesepakatan terkait Ukraina
Keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh melawan target militer di Rusia disambut baik oleh Ukraina dan beberapa negara Eropa. Namun, negara-negara seperti Cina, India, dan Brasil tidak sekeras negara Barat dalam mengecam Rusia.
"Amerika Serikat sangat mendukung kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina," kata Biden. "Semua orang di meja ini seharusnya juga demikian."
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir di G20 kali ini. Ia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, karena adanya surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional.
Lebih banyak ketidaksepakatan soal Timur Tengah
Di jalanan Kota Rio, ratusan orang berdemonstrasi memprotes operasi militer Israel di Gaza yang terus memakan korban sipil. Namun, tampaknya sulit bagi G20 untuk mencapai pernyataan bersama terkait konflik di Timur Tengah.
Presiden Lula sebelumnya memicu kontroversi ketika ia menyamakan tindakan Israel di Gaza dengan Holocaust. "Ini bukan perang antara tentara melawan tentara, tetapi antara tentara yang sangat kuat melawan perempuan dan anak-anak," ucapnya, yang membuat Israel menyebutnya sebagai "persona non grata."
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menyatakan bahwa Jerman dan Brasil mendukung solusi dua negara, tetapi tetap menegaskan bahwa "Israel berhak membela diri" dan berjanji akan terus mendukung militer Israel.
Xi Jinping jadi pusat perhatian
Dengan Biden yang sedang melakukan tur perpisahan dan absennya Putin, perhatian utama di G20 kali ini adalah Presiden Cina Xi Jinping.
Xi diperkirakan akan mempromosikan inisiatif "Belt and Road", proyek besar yang berfokus pada investasi Cina di bidang infrastruktur di negara-negara berkembang sebagai cara untuk memperluas pengaruh global.
Brasil sejauh ini menolak bergabung dengan proyek "Belt and Road" Cina, yang menyebabkan kekecewaan di Beijing. Menurut Li Xing, profesor dari Institut Strategi Internasional Guangdong, keputusan Brasil adalah "pukulan besar bagi hubungan kedua negara."
Namun, dengan Xi yang akan menutup kunjungannya ke Brasil dengan pertemuan resmi pada hari Rabu (20/11), peluang kemitraan industri lainnya masih terbuka.
rs/ha (AFP, Reuters, AP)